Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pada Senin (11/11) menuduh badan intelijen Shin Bet mencoba menggulingkan pemerintahan ayahnya dan menyiksa tentara IDF. Hal itu dilaporkan Times of Israel pada Senin.
Tuduhan ini muncul melalui serangkaian unggahan di media sosial X, di tengah sorotan terkait dugaan kebocoran dokumen intelijen rahasia di Kantor Perdana Menteri, tuduhan manipulasi catatan rapat kabinet, serta dugaan pemerasan terhadap pejabat militer senior.
Empat anggota IDF dan juru bicara Netanyahu, Eli Feldstein, telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan atas pencurian dokumen intelijen militer rahasia.
Yair menuding Shin Bet menangkap dan menyiksa perwira IDF atas masalah yang dia nilai tak penting. Yair juga mengkritik pembebasan puluhan tahanan dari Gaza beberapa bulan lalu.
“Kita sudah mengalami kudeta oleh jaksa, media, dan pengadilan terhadap pilihan demokratis rakyat. Tapi sekarang kudeta melibatkan Shin Bet dan militer,” tulis Yair.
Yair juga menyebut penyelidikan yang melibatkan Kantor Perdana Menteri sebagai “fitnah” yang menutup-nutupi keputusan “junta” pada malam 7 Oktober. Dia menyudutkan Kepala Staf IDF, Herzi Halevi, dan para pejabat keamanan yang gagal mendeteksi serangan yang segera terjadi dari Gaza.
Perdana Menteri Netanyahu sendiri sebelumnya menuding media Israel membuka “front” melawan pemerintahnya, seiring konflik dengan Hamas dan Hizbullah.
Ia mengklaim bahwa berbagai skandal yang menyeret kantornya merupakan “perburuan terorganisir” untuk melemahkan negara di masa perang.
Dikenal karena kehadirannya yang kontroversial di media sosial, Yair kerap melontarkan kritik keras terhadap institusi keamanan dan hukum, serta para demonstran yang menentang perubahan sistem peradilan.
Dalam beberapa unggahannya, ia pernah menuding para pejabat keamanan sebagai “gagal total” dan menuding tanpa bukti bahwa komandan militer telah mengetahui serangan Hamas sebelumnya namun tidak memberi tahu Perdana Menteri.
Tinggal di Florida sejak 2023, Yair terus menarik perhatian karena dinilai berperan dalam memperkeruh ketegangan dalam negeri Israel, serta hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
Keputusannya untuk tetap di AS selama perang berlangsung, saat ribuan orang Israel kembali untuk bertugas sebagai reservis, turut menuai kritik tajam.
Selain itu, perlindungan keamanan untuknya yang dibiayai negara dipertanyakan banyak pihak, dengan laporan bahwa biaya pengamanan Yair mencapai sekitar 200 ribu shekel (sekitar Rp1 miliar) per bulan.
Baca juga: Partisipasi pasukan cadangan Israel tinggal 15 persen
Baca juga: Lebih 300 pemboikotan global serang kampus Israel sejak genosida Gaza