Setidaknya 73 warga Palestina, termasuk 20 anak-anak dan 25 perempuan, tewas, dan lebih dari 230 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak diumumkannya perjanjian gencatan senjata terbaru pada Rabu malam.
Demikian dilaporkan layanan pertahanan sipil Gaza seperti dilansir Al Jazeera.
Sebanyak 61 korban tewas dilaporkan berasal dari Kota Gaza.
Al Jazeera melaporkan serangan mematikan Israel terjadi di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di kawasan Zeitoun, Kota Gaza.
Serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya dua anak dan melukai 20 orang lainnya, lapor mereka.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunda pemungutan suara kabinet mengenai kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya memicu perayaan di Gaza.
Gencatan senjata tersebut rencananya akan mulai berlaku pada Ahad, 19 Januari.
Namun, sejak pengumuman itu, militer Israel justru intensif melakukan serangan ke Jalur Gaza, yang menyebabkan sedikitnya 40 warga Palestina tewas, menurut laporan media.
Netanyahu saat ini berada di bawah tekanan besar dari berbagai pihak, baik yang mendukung maupun yang menentang kesepakatan gencatan senjata yang tengah dibahas.
Tekanan ini datang dari banyak arah, menciptakan situasi yang semakin kompleks bagi Netanyahu, lansir Al Jazeera.
Kabinet keamanan Israel sedianya mengadakan pemungutan suara untuk meratifikasi dan menyetujui kesepakatan ini di pihak Israel pada hari ini.
Namun, masih ada hambatan besar yang harus dihadapi Netanyahu. Salah satunya adalah bagaimana anggota koalisi dari sayap kanan yang lebih ekstrem akan bersikap — apakah mereka akan mendukung atau menentang kesepakatan ini.