Wednesday, April 16, 2025
HomeBerita75% bantuan PBB gagal masuk Gaza, WHO: Situasi kemanusiaan memburuk

75% bantuan PBB gagal masuk Gaza, WHO: Situasi kemanusiaan memburuk

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan keprihatinan mendalam atas terus berlanjutnya blokade terhadap akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang telah dilanda serangan militer Israel selama 17 bulan terakhir.

Dalam konferensi pers mingguan pada Kamis (11/4/2025), Dr. Tedros mengungkapkan bahwa 75 persen dari misi bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ditolak masuk ke Gaza dalam sepekan terakhir.

Ia menyoroti semakin buruknya kondisi kemanusiaan di wilayah kantong Palestina tersebut, yang sejak bulan lalu menghadapi pengepungan total oleh Israel, sehingga menghambat distribusi pasokan medis dan bahan makanan yang sangat dibutuhkan.

“Pada 23 Maret lalu, tentara Israel menyerang konvoi medis dan darurat, yang menewaskan 15 tenaga kesehatan dan relawan kemanusiaan,” ungkap Dr. Tedros.

Sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023, lebih dari 400 tenaga kemanusiaan dilaporkan tewas akibat serangan Israel yang terus berlanjut terhadap infrastruktur kesehatan di Gaza.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keluarga-keluarga Palestina kini menghadapi kelaparan, kekurangan gizi, tidak adanya air bersih, minimnya tempat tinggal, dan buruknya akses layanan kesehatan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan drastis dalam jumlah kematian dan penyebaran penyakit di wilayah yang dihuni sekitar 2,3 juta jiwa itu.

Meski menghadapi tantangan besar dan risiko keamanan tinggi, WHO disebutkan masih terus beroperasi di Gaza.

Dr. Tedros mendesak dunia internasional untuk segera:

  • mencabut blokade terhadap bantuan kemanusiaan,

  • melindungi fasilitas kesehatan dan pekerja medis,

  • menjamin akses kemanusiaan tanpa hambatan di seluruh wilayah Gaza,

  • melanjutkan evakuasi medis harian secara segera,

  • membebaskan para sandera yang masih ditahan di Gaza, dan

  • yang terpenting, mencapai gencatan senjata secepatnya.

Sementara itu, pejabat WHO lainnya, Rik Peeperkorn, memperingatkan bahwa stok obat-obatan di Gaza telah mencapai “tingkat yang sangat kritis” akibat blokade Israel. Ia menyebut bahwa sebagian besar rumah sakit di Gaza kini sudah tidak dapat berfungsi, bahkan untuk layanan dasar sekalipun.

Krisis ini diperburuk oleh rusaknya sistem air dan sanitasi. Pernyataan bersama dari Biro Statistik Palestina dan Otoritas Air pada Maret lalu mengungkapkan bahwa lebih dari 85 persen infrastruktur air dan sanitasi di Gaza kini rusak sebagian atau total.

Selain itu, sebagian besar pabrik desalinasi air dilaporkan tidak lagi beroperasi, sebagian besar akibat pembatasan pasokan listrik dan bahan bakar oleh Israel. Akibatnya, warga Gaza kini hanya memiliki akses air bersih sebanyak 3–5 liter per orang per hari, jauh di bawah standar minimum darurat WHO sebesar 15 liter.

Arab Saudi, melalui Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan, juga menyerukan tekanan maksimal kepada pihak terkait guna memastikan aliran bantuan yang “berkelanjutan dan mencukupi” ke Gaza.

Pada 18 Maret lalu, militer Israel kembali melancarkan serangan besar ke Gaza, mengakhiri masa gencatan senjata selama hampir dua bulan yang dimulai Januari lalu.

Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, lebih dari 50.800 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular