Ketegangan kembali memuncak di Tepi Barat, Selasa malam waktu setempat, ketika pasukan Israel melukai sedikitnya delapan warga Palestina di sejumlah wilayah, terutama di Bethlehem dan kawasan timur Yerusalem.
Di antara korban terdapat tiga mantan tahanan yang mengalami pengeroyokan oleh tentara Israel.
Insiden itu terjadi bersamaan dengan meningkatnya serbuan militer ke sejumlah kota dan desa di bagian utara Tepi Barat, yang memicu bentrokan dengan warga lokal.
Pada saat bersamaan, kelompok pemukim Israel melakukan serangan terkoordinasi terhadap rumah dan properti warga Palestina di berbagai wilayah, terutama di Hebron serta utara Ramallah.
Gas air mata dan penghancuran rumah
Saksi mata di Husan, sebuah desa di sebelah barat Bethlehem, melaporkan bahwa pasukan Israel melepaskan gas air mata dan tembakan saat memasuki pintu gerbang timur desa tersebut.
Palang Merah Palestina menyebutkan, lima warga mengalami sesak napas akibat gas tersebut dan mendapat penanganan di lokasi.
Di desa yang sama, pasukan Israel juga merobohkan sebuah rumah yang dihuni satu keluarga.
Operasi pembongkaran dilakukan setelah desa dikepung dengan kendaraan militer, sementara warga dilarang menyelamatkan barang-barang rumah sebelum dihancurkan.
Dalam pernyataan terpisah, Palang Merah menyampaikan bahwa tiga warga Palestina—baru saja dibebaskan di pos pemeriksaan militer Al-Jib, Yerusalem—harus dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami pemukulan berat oleh tentara Israel sebelum dilepaskan.
Di bagian utara Tepi Barat, bentrokan kembali pecah di Desa Aqraba, selatan Nablus, setelah tentara Israel menyerbu desa dan menahan sejumlah jamaah di salah satu masjid, menurut laporan Radio Suara Palestina.
Di Ramallah, tentara Israel memasuki Desa Al-Mughayyir dan menggeledah sebuah rumah, serta menahan beberapa warga untuk interogasi. Tidak ada laporan penangkapan.
Pasukan Israel juga memasuki Kota Al-Bireh dengan beberapa kendaraan militer, lalu menahan jamaah saat keluar dari masjid sambil memeriksa identitas mereka.
Setelah mundur dari kawasan tersebut, bentrokan kembali pecah, disertai tembakan gas dan granat kejut.
Sebelumnya, di sekitar Kamp Pengungsi Al-Far’a, selatan Tubas, buldoser Israel melakukan penggusuran infrastruktur dan merusak jalan dekat “Sekolah Yatim Piatu”.
Hingga kini, tidak ada keterangan mengenai alasan penggusuran tersebut.
Serangan pemukim meluas
Gelombang kekerasan lain datang dari para pemukim Israel yang menyerang permukiman warga Palestina di kawasan Wadi al-Rakhim, Masafer Yatta, selatan Hebron.
Rumah-rumah warga dilempari batu dan bom molotov, menyebabkan beberapa kendaraan terbakar.
Di Atara, utara Ramallah, pemukim juga menyerang kendaraan warga Palestina untuk memblokade jalur alternatif, setelah pasukan Israel menutup beberapa akses utama menuju Ramallah.
Pada pagi hari, serangan pemukim menargetkan para penggembala di komunitas Badui Al-Hathroura, dekat Khan al-Ahmar, timur Yerusalem.
Mereka dihalang-halangi mencapai padang rumput. Serangan ini berbarengan dengan pengerahan pasukan Israel ke kawasan tersebut.
Sejak dua tahun terakhir, Tepi Barat menghadapi eskalasi kekerasan paling tajam menyusul perang Israel di Jalur Gaza.
Serangan militer dan pemukim menargetkan warga, rumah, dan mata pencaharian mereka.
Menurut data resmi, sedikitnya 1.092 warga Palestina gugur, lebih dari 11.000 terluka, dan lebih dari 21.000 ditangkap sejak kekerasan meningkat.


