Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengklaim bahwa Iran menjadi ancaman utama di kawasan, dan menuding negara itu tengah mendorong dunia menuju ambang perang nuklir.
Dalam wawancara dengan jaringan televisi Amerika Serikat (AS), ABC, pada Senin (17/6), Netanyahu menyebut dukungan AS terhadap Israel sangat krusial untuk menghentikan program nuklir Iran yang dianggap membahayakan stabilitas global.
“Iran menginginkan perang tanpa akhir. Ia mendorong kita ke tepi jurang perang nuklir. Dari sudut pandang kepentingan Amerika, mendukung Israel untuk mengakhiri program nuklir Iran adalah keharusan,” ujar Netanyahu.
Dalam wawancara itu, Netanyahu menyiratkan bahwa perubahan rezim di Iran mungkin terjadi sebagai dampak dari operasi militer Israel.
Namun, saat ditanya tentang kemungkinan Israel akan menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, ia enggan menjawab langsung.
“Saya tidak akan merinci rencana kami di depan umum. Namun, kami akan melakukan apa pun yang diperlukan,” katanya.
Netanyahu mengklaim bahwa Israel berada di jalur menuju kemenangan atas Iran. Ia menuduh Iran tengah mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik, dan menyatakan bahwa negaranya akan terus menggagalkan upaya tersebut.
Netanyahu menyatakan bahwa tujuan utama Israel saat ini adalah melenyapkan program nuklir Iran sepenuhnya.
Ia juga menegaskan bahwa ancaman rudal dari Iran merupakan “ancaman eksistensial” dan menegaskan tekadnya untuk menghapusnya.
Ia mengklaim bahwa serangan Israel telah menghancurkan setengah dari kekuatan drone Iran serta sejumlah sistem radar penting, termasuk stasiun penyiaran nasional Iran.
Lebih lanjut, Netanyahu menyebut bahwa kampanye serangan Israel telah “mengubah wajah Timur Tengah” dan bisa memicu perubahan internal yang besar di Iran.
“Kami telah menyingkirkan sejumlah tokoh penting dalam kepemimpinan keamanan Irran. Termasuk tiga kepala staf, panglima angkatan udara mereka, serta dua kepala intelijen. Kami akan terus memburu mereka satu per satu,” katanya.
Netanyahu juga mengungkapkan bahwa ia tetap menjalin komunikasi erat dengan Presiden AS Donald Trump, yang disebutnya telah memberikan banyak bantuan kepada Israel.
Ia menambahkan bahwa operasi militer di Iran akan mencapai tujuannya, meski ia tidak melupakan warga Israel yang masih disandera di Gaza.
Pada Minggu (16/6), Netanyahu juga berbicara kepada jaringan Fox News, di mana ia menyatakan bahwa serangan terhadap Iran dilakukan sebagai tanggapan terhadap ancaman serius dan mendesak yang disebut mengancam eksistensi Israel.
“Kami memperoleh informasi intelijen, yang juga kami sampaikan kepada Washington, bahwa Iran secara diam-diam mempercepat konversi uranium menjadi senjata nuklir,” ujar Netanyahu.
Ia juga menuduh Iran berencana mengalirkan senjata itu ke kelompok Houthi dan pihak lain yang dianggap musuh Israel.
Netanyahu mengklaim bahwa gelombang serangan yang dilakukan Israel telah mengembalikan program nuklir Iran jauh ke belakang.
Ia menyebut telah menghancurkan fasilitas utama di Natanz dan reaktor di Isfahan, dua lokasi penting yang disebut krusial untuk pengembangan senjata nuklir Iran.
Pada Jumat dini hari lalu, Israel meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Iran. Sasaran utamanya mencakup fasilitas nuklir, basis peluncuran rudal, serta sejumlah ilmuwan dan pemimpin militer.
Menurut data yang beredar, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 224 orang dan melukai 1.277 lainnya.
Iran membalas serangan itu di hari yang sama dengan serangkaian peluncuran rudal balistik dan serangan drone dalam 11 gelombang serangan terpisah.
Menurut laporan media Israel, serangan balasan tersebut menewaskan 24 orang dan melukai 592 lainnya, serta menimbulkan kerusakan material yang signifikan.