Wednesday, June 25, 2025
HomeBeritaGencatan senjata Israel-Iran mulai berlaku setelah enam gelombang serangan rudal

Gencatan senjata Israel-Iran mulai berlaku setelah enam gelombang serangan rudal

Gencatan senjata antara Israel dan Iran resmi berlaku mulai pukul 04.00 GMT, Selasa (24/6/2025), setelah berjam-jam eskalasi militer yang ditandai dengan peluncuran enam gelombang serangan rudal oleh Iran ke wilayah Israel.

Militer Israel mengonfirmasi bahwa total 11 rudal diluncurkan dari Iran dalam enam gelombang berturut-turut menjelang dimulainya gencatan senjata. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan dan korban jiwa, khususnya di wilayah selatan Israel.

Layanan medis darurat Israel melaporkan sedikitnya enam orang tewas dan 15 lainnya terluka—beberapa di antaranya dalam kondisi kritis—setelah sebuah roket menghantam bangunan permukiman di kota Beersheba. Ledakan juga dilaporkan terjadi di Tel Aviv dan wilayah Israel tengah, sebagaimana dilansir media lokal.

Media pemerintah Iran juga membenarkan dimulainya gencatan senjata, menyatakan bahwa kesepakatan mulai berlaku setelah “salvo terakhir” serangan rudal diluncurkan.

Otoritas Penyiaran Israel dan radio militer sebelumnya telah melaporkan bahwa gencatan senjata mulai diberlakukan, meskipun hingga berita ini diturunkan, pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah menginstruksikan para menteri untuk tidak memberikan komentar publik mengenai perjanjian tersebut.

Gencatan senjata ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menyebut bahwa kesepakatan melibatkan penghentian operasi secara bertahap. Iran memulai penghentian tembakan lebih dahulu, diikuti oleh Israel 12 jam kemudian. Penghentian penuh permusuhan akan dideklarasikan secara resmi pada jam ke-24 setelah dimulainya kesepakatan.

Media Israel juga melaporkan bahwa Qatar berperan sebagai mediator dalam tercapainya kesepakatan tersebut.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular