Serangan mematikan terhadap dua kendaraan pengangkut pasukan Israel di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa lalu, dilakukan dengan perencanaan matang dan mengandalkan elemen kejutan.
Demikian diungkapkan jurnalis Al Jazeera, Tamer Al-Mishal, dalam laporan investigatif terbarunya.
Operasi yang dilancarkan oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam—sayap militer Hamas—terjadi di lingkungan yang secara militer dikuasai oleh pasukan Israel dan didominasi kendaraan lapis baja.
Lokasinya berada di sekitar Masjid Ali bin Abi Thalib, kawasan Ma’an, yang selama beberapa pekan terakhir menjadi titik utama infiltrasi tank-tank Israel.
Menurut Al-Mishal, 2 pejuang Hamas dari Brigade Khan Younis merupakan pelaku utama serangan, sementara sejumlah anggota lainnya bertugas melakukan pengintaian dan pemantauan selama beberapa hari sebelumnya.
Lokasi serangan ini diketahui berada di pusat formasi tempur Israel, menjadikan serangan tersebut sebagai manuver berani yang membutuhkan presisi tinggi dan penguasaan medan.
Misi terencana dan berisiko tinggi
Serangan itu dikaitkan dengan Brigade Khan Younis, unit yang sebelumnya dipimpin oleh Mahdi Kuwaik, komandan yang oleh Israel diklaim telah terbunuh dalam pertempuran sebelumnya.
Ironisnya, serangan justru terjadi di wilayah yang disebut Israel telah “diamankan.”
Data yang dihimpun Al Jazeera menyebutkan, proses perencanaan dan pengintaian memakan waktu beberapa hari, dan pelaksanaan berlangsung dalam waktu singkat namun intens.
Kedua pejuang keluar dari reruntuhan sebuah bangunan yang hancur dan bergerak tanpa perlindungan, di siang hari bolong, menuju dua kendaraan lapis baja Israel.
Salah satu dari mereka melemparkan bom tipe Shawaz ke kokpit kendaraan pertama—bom yang harus dipicu sesaat sebelum ledakan—sementara pejuang lainnya menempelkan bahan peledak ke bagian luar kendaraan kedua.
Meski hanya berjarak beberapa meter dari posisi militer Israel dan kendaraan tempur lainnya, keduanya berhasil melaksanakan misi dan mundur dengan selamat.
Tujuh tewas, api tak terkendali
Ledakan hebat membuat kendaraan terbakar hebat. Menurut Radio Militer Israel, petugas pemadam kebakaran militer dikerahkan ke lokasi, namun gagal memadamkan api.
Upaya pemadaman lanjutan dengan menggunakan buldoser lapis baja D9 pun tidak membuahkan hasil.
Akhirnya, diputuskan untuk menarik kendaraan yang masih terbakar ke Jalan Salahuddin dan membawanya keluar dari wilayah Gaza.
Tragisnya, tujuh tentara Israel, termasuk seorang perwira, tetap berada di dalam kendaraan saat evakuasi berlangsung—dalam kondisi sudah tidak bernyawa dan tubuh mereka hangus terbakar.
Serangan ini bukan yang pertama dalam beberapa hari terakhir di wilayah yang diklaim sebagai zona aman Israel.
Namun intensitas dan keberhasilan operasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan dan keberanian taktis pihak perlawanan di lapangan.
Serangan ini sekaligus mencerminkan kerentanan pasukan pendudukan, bahkan di wilayah yang mereka nyatakan telah “di bawah kendali penuh”.