Saturday, July 5, 2025
HomeBeritaGaza: Derita yang mengaburkan pandangan

Gaza: Derita yang mengaburkan pandangan

Perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza tidak hanya merenggut nyawa dan merusak infrastruktur, tetapi juga melahirkan bentuk-bentuk penderitaan baru yang sulit dibayangkan.

Salah satunya menimpa ribuan warga Palestina yang kini bergulat dengan kehilangan penglihatan akibat serangan yang tak kunjung berhenti.

Data otoritas kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 1.500 orang telah kehilangan penglihatan selama perang berlangsung.

Ribuan lainnya terancam mengalami hal serupa, mayoritas adalah anak-anak dan remaja.

Mereka menderita luka serius di bagian mata akibat serpihan ledakan dan sabuk peledak yang digunakan oleh pasukan Israel.

Namun, luka akibat serangan langsung bukan satu-satunya penyebab ancaman kebutaan.

Pasien dengan penyakit mata kronis yang tidak sempat menjalani operasi maupun perawatan medis kini berada dalam kondisi kritis, menyusul kelangkaan akut peralatan dan obat-obatan medis di wilayah tersebut.

Seorang warga Palestina menceritakan pengalaman tragis yang menimpa keluarganya.

Dalam sebuah serangan udara Israel pertengahan Mei lalu di Beit Lahia, Gaza Utara, pesawat nirawak dan artileri Israel menargetkan keluarga mereka. Istri dan anak-anak perempuannya menjadi korban jiwa.

Putrinya yang bernama Sarah selamat, tetapi kehilangan salah satu matanya. Sang ayah menyebut luka yang dialami putrinya sebagai “sangat menyakitkan”, dan mengkhawatirkan masa depan Sarah yang harus dijalani dengan satu mata.

Kisah serupa datang dari warga lain, yang putranya mengalami luka parah di mata. Hingga kini, tidak ada kepastian soal metode pengobatan.

Para dokter hanya mampu menutup lukanya sementara, dengan peralatan medis yang terbatas akibat blokade yang terus diberlakukan Israel.

“Kondisi psikologisnya sangat buruk,” ungkap sang ayah dengan nada putus asa.

Seorang perempuan Palestina lainnya mengaku mengalami sakit hebat di mata kirinya yang terus-menerus mengeluarkan air mata.

Ia tidak dapat melihat dari mata tersebut, dan tidak bisa meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan karena perang dan penutupan perbatasan yang berkepanjangan.

Dari rumah sakit spesialis mata di Kota Gaza, seorang dokter mengungkapkan bahwa lebih dari 40 pasien datang setiap pekan dengan berbagai kondisi luka serius pada mata.

Lonjakan ini, menurut dia, disebabkan oleh terhentinya layanan kesehatan mata selama perang, hancurnya infrastruktur rumah sakit, serta kekurangan obat-obatan, peralatan bedah, dan bahan medis lainnya.

Salah seorang warga menyebut luka di matanya yang diderita pada bulan Ramadan lalu sebagai “kisah penderitaan”.

Ia kini tidak dapat melihat dari mata tersebut, dan tidak memiliki harapan akan pemulihan di tengah runtuhnya sistem layanan medis di Gaza.

Sejak Israel kembali melanjutkan serangan intensif pada Maret lalu, lebih dari 6.300 warga Palestina dilaporkan gugur dan 22.000 lainnya terluka.

Di antara para korban jiwa, terdapat 600 orang yang terbunuh saat menunggu bantuan makanan di sekitar pusat distribusi yang berada di bawah pengawasan Israel dan Amerika Serikat.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular