Pemerintah Gaza pada Ahad (27/7/2025) mengecam aksi militer Israel yang menyerbu kapal bantuan kemanusiaan Handala di perairan internasional.
Gaza menyebut tindakan itu sebagai bentuk “pembajakan laut” dan mendesak komunitas internasional untuk memberikan perlindungan terhadap konvoi kemanusiaan yang menuju Jalur Gaza.
Dalam pernyataan resminya, Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan, “Kami mengutuk keras kejahatan pasukan pendudukan Israel yang menyerbu kapal solidaritas Handala saat sedang berlayar di perairan internasional dalam misi kemanusiaan untuk mematahkan blokade tidak adil terhadap Jalur Gaza.”
Pernyataan tersebut menyebut aksi itu sebagai “tindakan agresi terang-terangan” yang dinilai melanggar hukum internasional dan aturan navigasi laut.
“Tindakan ini kembali menunjukkan bahwa pendudukan (Israel) bertindak sebagai kekuatan liar di luar hukum dan menargetkan setiap inisiatif kemanusiaan yang bertujuan menyelamatkan lebih dari 2,4 juta warga Gaza yang terkepung dan kelaparan,” demikian lanjut pernyataan itu.
Pemerintah Gaza juga meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi hak asasi manusia untuk segera mengambil langkah nyata guna menjamin keselamatan para aktivis internasional di atas kapal, serta memastikan perlindungan bagi konvoi bantuan kemanusiaan yang menuju Gaza.
Pada Sabtu (26/7), militer Israel dilaporkan menyerbu kapal Handala yang membawa para aktivis dalam upaya memecah blokade yang telah menutup akses masuk bantuan ke Gaza.
Siaran langsung dari kapal memperlihatkan sejumlah tentara bersenjata naik ke atas kapal dan memerintahkan para aktivis untuk mengangkat tangan. Tak lama kemudian, siaran langsung tersebut terputus. Hingga kini, nasib kru dan penumpang kapal masih belum diketahui.
Kapal Handala sempat mengirimkan sinyal darurat saat kapal militer Israel mendekat di perairan sekitar 70 mil laut dari pantai Gaza. Jarak ini lebih dekat dibanding insiden sebelumnya seperti kapal Mavi Marmara pada 2010 yang dicegat di jarak 72 mil laut, serta kapal Maddeline dan Al-Dameer yang masing-masing dicegat di jarak 110 dan 1.050 mil laut, menurut Komite Internasional untuk Mengakhiri Pengepungan Gaza.
Kapal tersebut berangkat dari Syracuse, Italia, pada 13 Juli, sempat singgah di Gallipoli pada 15 Juli untuk perbaikan teknis, lalu kembali berlayar pada 20 Juli dengan membawa 21 aktivis.
Gaza saat ini menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarahnya. Kelaparan ekstrem dan kekurangan pangan diperparah dengan tuduhan genosida oleh Israel sejak 7 Oktober 2023. Penutupan semua perbatasan serta larangan masuknya makanan dan obat-obatan sejak 2 Maret telah menyebabkan kelaparan meluas dan malnutrisi parah, terutama di kalangan anak-anak dan pasien.