Saturday, September 6, 2025
HomeBerita21 ribu anak di Gaza alami disabilitas sejak perang genosida dimulai

21 ribu anak di Gaza alami disabilitas sejak perang genosida dimulai

Setidaknya 21.000 anak di Jalur Gaza kini hidup dengan disabilitas akibat perang yang berlangsung sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023. Data ini disampaikan Komite Hak Penyandang Disabilitas PBB, Rabu (4/9).

Komite mencatat sekitar 40.500 anak mengalami luka-luka terkait perang dalam 2 tahun terakhir.

Lebih dari separuh dari jumlah itu berujung pada disabilitas permanen atau jangka panjang.

Dalam tinjauan atas kondisi kemanusiaan di Gaza, komite menyoroti betapa rentannya penyandang disabilitas di tengah situasi perang.

Mereka yang mengalami keterbatasan pendengaran atau penglihatan, misalnya, kerap tidak mengetahui perintah evakuasi dari Israel, sehingga membuat upaya menyelamatkan diri menjadi “hampir mustahil”.

Anggota komite, Muhannad al-Azza, mencontohkan kasus seorang ibu tunarungu di Rafah yang tewas bersama anak-anaknya karena tidak mengetahui instruksi evakuasi.

Kesulitan akses dan kehilangan alat bantu

Komite juga menerima laporan bahwa banyak penyandang disabilitas dipaksa mengungsi dalam kondisi yang tidak manusiawi, seperti merangkak di pasir dan lumpur tanpa bantuan.

Bantuan kemanusiaan pun sangat sulit dijangkau. Menurut komite, pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap masuknya bantuan berdampak lebih berat bagi penyandang disabilitas.

Mereka sering kali tidak memiliki akses ke makanan, air bersih, atau fasilitas sanitasi yang memadai, dan sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup.

Distribusi bantuan yang terkonsentrasi di beberapa titik tertentu di Gaza semakin memperparah situasi.

Jika jaringan bantuan PBB sebelumnya memiliki sekitar 400 titik distribusi, kini hanya ada empat titik yang dikelola lembaga swasta yang didukung AS dan Israel.

“Tidak realistis mengharapkan anak-anak penyandang disabilitas berlari ke titik distribusi bantuan,” ujar al-Azza.

Komite pun merekomendasikan agar akses bantuan bagi anak-anak dengan disabilitas menjadi prioritas utama.

Selain itu, kehancuran infrastruktur membuat akses semakin sulit. Puing-puing bangunan menutup jalan dan menghancurkan banyak peralatan bantu gerak.

Komite mencatat 83 persen penyandang disabilitas kehilangan alat bantu seperti kursi roda, tongkat jalan, atau prostetik, dan sebagian besar tidak mampu membeli pengganti.

Israel bahkan dikritik karena menganggap peralatan tersebut sebagai “alat ganda” yang bisa dipakai untuk tujuan militer sehingga melarang masuknya ke Gaza.

Komite menyerukan pengiriman bantuan dalam jumlah besar khusus untuk penyandang disabilitas yang terdampak perang.

Sejak awal perang hingga 21 Agustus 2025, ada lebih dari 157.000 orang yang terluka. Sekitar 25 persen dari mereka berisiko mengalami disabilitas seumur hidup.

PBB mendesak Israel mengambil langkah-langkah perlindungan khusus bagi anak-anak dengan disabilitas dari ancaman serangan, termasuk sistem evakuasi yang ramah bagi penyandang disabilitas.

Selain itu, Israel juga diminta menjamin hak mereka untuk kembali ke rumah dengan aman serta mendapatkan bantuan yang layak untuk bisa melakukannya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular