Situasi di Jalur Gaza diperkirakan akan semakin memanas pekan depan. Hal itu diungkapkan stasiun televisi Israel, i24 News, yang mengutip seorang pejabat keamanan setempat.
Menurutnya, operasi militer Israel akan memasuki fase eskalasi yang lebih besar.
Di lapangan, gelombang penghancuran terus berlangsung. Kanal 12 Israel melaporkan, sekitar 90.000 warga sipil telah meninggalkan Kota Gaza akibat serangan udara yang menyasar menara-menara apartemen.
Serangan semacam itu berlanjut hingga hari kedua berturut-turut, Sabtu (6/9/2025).
Menurut perhitungan pihak Palestina, lebih dari 70 persen bangunan di Kota Gaza sudah hancur.
Kondisi ini mendorong ribuan keluarga kembali mengungsi, sebagian besar tanpa tujuan atau tempat tinggal yang aman.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa militer akan melanjutkan strategi penghancuran gedung-gedung tinggi di Gaza.
Serangan menara
Salah satu serangan terbaru menghantam Menara Susi, sebuah gedung apartemen di kawasan Tel al-Hawa, barat daya Gaza.
Sehari sebelumnya, warga juga diperintahkan mengosongkan Menara Al-Ru’ya di kawasan yang sama.
Warga terlihat mengangkut barang seadanya, sementara sebagian terpaksa melemparkan perabotan dari lantai atas untuk menyelamatkan harta mereka.
Militer Israel mengklaim menara itu digunakan oleh Hamas sebagai pusat pengumpulan informasi, pos pengawasan pergerakan pasukan Israel, hingga tempat penanaman bahan peledak.
Namun, Hamas membantah tuduhan itu dan menyebut penghancuran menara sebagai bagian dari “upaya sistematis untuk mengosongkan kota” serta bentuk nyata dari pemaksaan migrasi dan pembersihan etnis.
Pemerintah daerah Gaza pun mengecam keras serangan ke menara apartemen. Menurut catatan mereka, terdapat lebih dari 51.000 bangunan hunian di Kota Gaza, yang semuanya berfungsi sipil murni.
“Klaim Israel soal infrastruktur militer hanyalah dalih untuk membenarkan penargetan warga sipil,” demikian pernyataan kantor media pemerintah Gaza.
Ancaman putus komunikasi
Sementara itu, Euro-Med Human Rights Monitor memperingatkan kemungkinan terputusnya jaringan komunikasi dan internet di Gaza akibat serangan udara ke menara apartemen.
Lembaga itu menilai, penghancuran gedung-gedung tinggi mengancam langsung infrastruktur telekomunikasi, yang selama ini menjadi tulang punggung operasi medis dan bantuan kemanusiaan.
“Israel berupaya menciptakan isolasi total terhadap warga sipil Gaza, memaksa mereka mengungsi secara paksa, serta melanjutkan kebijakan penghancuran menyeluruh,” demikian laporan lembaga tersebut.
Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, korban di Gaza terus bertambah. Data otoritas setempat menyebutkan, hingga kini tercatat 64.368 orang tewas, 162.367 orang terluka, serta lebih dari 10.000 lainnya hilang.
Ratusan ribu warga terusir dari rumahnya, sementara kelaparan telah merenggut 382 jiwa, termasuk 135 anak-anak.