Sunday, September 14, 2025
HomeBeritaPers serukan kecaman global atas serangan Israel ke Qatar

Pers serukan kecaman global atas serangan Israel ke Qatar

Sejumlah media internasional menyoroti langkah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara bulat mengecam serangan Israel ke ibu kota Qatar, Doha.

Sikap bersama 15 anggota dewan—termasuk Amerika Serikat—dinilai sebagai momen langka persatuan dunia melawan tindakan Israel.

Harian New York Times mencatat, banyak negara anggota Dewan Keamanan menuding Israel sengaja memicu perang sekaligus menghambat perundingan damai.

Kekecewaan internasional kian menguat seiring memburuknya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Dalam sidang darurat Kamis malam (waktu New York), Dewan Keamanan menegaskan dukungan terhadap kedaulatan Qatar dan menyerukan penghentian eskalasi militer.

Di Israel sendiri, media Times of Israel melaporkan meningkatnya pesimisme di kalangan elite keamanan.

Serangan ke Doha dinilai gagal mencapai target. Bahkan, menurut laporan itu, pernyataan Dewan Keamanan yang didukung Washington mencerminkan ketidakpuasan Presiden AS Donald Trump terhadap langkah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional.

Dari London, The Guardian menyoroti temuan dua senator AS, Chris Van Hollen dan Jeff Merkley, usai kunjungan mereka ke Timur Tengah.

Dalam laporan yang dirilis, keduanya menyimpulkan bahwa Israel menjalankan strategi sistematis untuk menghancurkan Gaza, memaksa penduduk setempat mengungsi, serta menggunakan pangan sebagai alat perang.

Keduanya juga menilai Washington ikut menutup mata, bahkan terlibat.

Sementara itu, Wall Street Journal menilai tujuan Israel untuk menundukkan Hamas secara total masih jauh dari kenyataan.

Keunggulan militer yang sempat diraih di Kota Gaza tidak bertahan lama, sebab Hamas kembali muncul di wilayah lain.

Karena itu, kalangan pejabat keamanan Israel justru mendesak Netanyahu agar mengejar gencatan senjata sementara, bukan memperluas operasi.

Media itu juga menyinggung keberadaan jaringan terowongan Hamas yang tetap bertahan, membuat upaya militer Israel menemui jalan buntu.

Dari sisi sosial, Washington Post melaporkan munculnya fenomena baru: semakin banyak prajurit Israel dan bahkan ibu-ibu mereka menolak kembali bertugas di Gaza, meski terancam hukuman penjara.

Banyak kalangan khawatir eskalasi perang hanya akan memperburuk situasi, termasuk membahayakan para sandera.

Adapun Jerusalem Post menutup dengan nada reflektif. Dalam editorialnya, harian itu menegaskan Israel membutuhkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan budaya kompromi, tanggung jawab, dan keberanian—alih-alih terjebak dalam lingkaran konflik yang digerakkan oleh ego.

“Tragedi 7 Oktober 2023 sudah cukup menjadi pelajaran mahal tentang harga dari kegagalan kepemimpinan. Israel tak lagi sanggup menanggung kegagalan berikutnya,” demikian tulisnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular