Wednesday, September 17, 2025
HomeBeritaPakar Militer: Israel kerahkan 5 divisi untuk kuasai total Gaza Utara

Pakar Militer: Israel kerahkan 5 divisi untuk kuasai total Gaza Utara

Kolom analisis — Pakar militer dan strategis, Mayor Jenderal (purn.) Faiz Al-Duwairi, menegaskan bahwa tujuan sesungguhnya dari ofensif darat Israel ke kota Gaza bukan sekadar operasi terbatas.

Yaitu, Tel Aviv akan menurunkan lima divisi untuk mewujudkan tujuan besar—merebut kembali dan menguasai kota Gaza secara permanen.

Pada saat serangan darat dimulai subuh hari Selasa, militer Israel mengumumkan hanya menurunkan dua divisi reguler, yang kemudian diikuti oleh divisi ketiga.

Menurut pernyataan militer, operasi yang dinamai “Gideon 2” itu memasuki fase pusat kota Gaza dan dipimpin oleh divisi-divisi reguler 162 dan 98 yang bergerak dari wilayah barat kota. Divisi ke-36 diumumkan akan segera bergabung.

Al-Duwairi, dalam analisisnya terhadap situasi militer saat ini, menyebutkan bahwa kedua divisi itu sebenarnya telah mulai beroperasi secara parsial sejak sekitar 4 pekan lalu, dan baru melakukan operasi penuh saat serangan darat dimulai.

Selain itu, 3 divisi tambahan telah disiapkan untuk dikerahkan dalam tahap berikutnya.

Menurut pengamatan sang pakar, divisi 98 dan 162 terdiri total delapan brigade: divisi 98 memiliki lima brigade, sedangkan divisi 162 memiliki tiga brigade.

Divisi-divisi yang akan dimasukkan belakangan meliputi divisi 36 dengan empat brigade dan divisi bernama “Gaza” yang juga beranggotakan empat brigade, sementara persiapan untuk membentuk divisi ke-143 masih berjalan.

Masing-masing divisi menempati sektor khusus di sepanjang cekungan Gaza. Divisi 98, yang dikenal dengan julukan “Legiun Api”, berpusat di wilayah barat Gaza.

Terdiri dari 5 brigade pasukan udara dan payung (paratrooper/komando) yang terlatih untuk mengepung kota dan pendaratan serangan.

Sedangkan divisi “Besi” atau 162 adalah unit lapis baja di bawah komando selatan, berkonsentrasi di Rafah, utara, dan wilayah tengah, kini bergerak di wilayah barat kota Gaza dan mengerahkan brigade seperti Nahal dan Givati, beserta brigade lainnya.

Al-Duwairi menilai bahwa Israel akan memanfaatkan tiga divisi tambahan—yang dianggap sebagai “kekuatan berlebih”—untuk mempercepat pencapaian tujuan strategisnya dan menghadirkan daya tembak maksimal terhadap sasaran, meski sasarannya relatif kecil.

Menurutnya, pasukan Israel berniat menurunkan seluruh kekuatan militer yang tersedia untuk mencapai penguasaan melalui serangkaian operasi penghancuran terencana.

Salah satu taktik yang disebut adalah penggunaan kendaraan pengangkut berlapis baja M113—disebutkannya secara kiasan sebagai “robot”—yang mampu membawa hingga tujuh ton bahan peledak dengan radius dampak minimal sekitar 150 meter dan maksimal hingga 300 meter.

Kota Gaza yang menjadi target operasi darat militer Israel memiliki wilayah pesisir dan barat yang sangat padat.

Sebelum operasi, lebih dari 1,2 juta warga Palestina tinggal di kota ini. Kawasan barat dan barat laut menjadi poros utama pergerakan darat dan titik tekan artileri saat ini.

Dari perspektif militer, Al-Duwairi menegaskan, tampak jelas bahwa militer Israel tidak melakukan penataan pasukan yang rapi melalui perencanaan unit yang kompleks; yang dikejar — menurut analisisnya — adalah mengerahkan seluruh kekuatan untuk menghasilkan tingkat kehancuran dan ketakutan yang setinggi mungkin terhadap warga sipil.

Seiring dimulainya serangan darat, serangan udara Israel juga meningkat tajam. Tiga kawasan di Gaza—Al-Sheikh Radwan, Al-Karama, dan Tel al-Hawa—dilaporkan menjadi target, dengan sekitar 37 serangan dilancarkan dalam kurun 20 menit.

Suara ledakan terdengar dari jarak yang jauh. Sejak fajar, puluhan warga tewas; sekitar 68 orang dilaporkan gugur di Kota Gaza pada hari yang sama, saat tekanan tembakan dan serangan udara menghantam permukiman dan tempat penampungan pengungsi.

Tujuan sesungguhnya: kontrol penuh wilayah utara Gaza

Mengenai tujuan sesungguhnya dari serangan darat ini, Al-Duwairi berpendapat bahwa Israel mengincar penguasaan penuh wilayah utara Gaza.

Dari sumbu Nitzarim, yang dibangun untuk memisahkan kota Gaza dan utaranya dari wilayah tengah dan selatan, hingga titik paling utara.

Penguasaan tersebut, menurutnya, dimaksudkan untuk mengubah kawasan itu menjadi ‘area yang tak layak huni’.

Upaya membebaskan tawanan dan melumpuhkan Hamas disebutnya berada pada urutan kedua dibandingkan ambisi kontrol teritorial.

Jarak dari sumbu Nitzarim ke titik paling utara Gaza (dekat Beit Hanoun dan Beit Lahia) diperkirakan hanya sekitar 10–12 kilometer—relatif pendek—tetapi penguasaan area ini akan efektif mengisolasi kota Gaza dan wilayah utara dari bagian tengah dan selatan.

Menurut Al-Duwairi, penguasaan seperti itu hanya dapat dicapai melalui pengusiran paksa dan apa yang disebutnya sebagai “pemusnahan menyeluruh”, yang menurut pandangan pemerintah Israel hanya bisa diwujudkan melalui penghancuran sistematis.

Yaitu, peningkatan tembakan, penggunaan daya tembak tak kenal ampun, serta serangan udara terhadap menara-menara hunian yang dikelilingi tenda para pengungsi.

Tindakan itu, lanjutnya, akan memaksa keluarga Palestina yang tersisa untuk melarikan diri demi menyelamatkan nyawa.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular