Aksi militer Israel menghadang Armada Solidaritas yang berlayar menuju Jalur Gaza kembali memicu gelombang kemarahan di ruang digital dunia.
Banyak warganet menilai peristiwa itu menyingkap kebungkaman komunitas internasional di tengah genosida yang terus berlangsung terhadap rakyat Palestina.
Pasukan komando angkatan laut Israel dilaporkan melakukan intersepsi setelah lebih dulu mengacaukan sistem komunikasi kapal-kapal yang berlayar.
Armada tersebut hanya berjarak beberapa mil laut dari tujuan akhirnya, sebelum dihentikan secara paksa.
Insiden itu segera memicu demonstrasi di berbagai negara Eropa dan Timur Tengah, sebagai wujud protes terhadap blokade Israel yang telah berlangsung hampir dua dekade.
Armada solidaritas ini berangkat sejak akhir Agustus lalu dari Pelabuhan Barcelona, Spanyol.
Terdiri atas 44 kapal pembawa bantuan pangan dan medis, armada itu mengangkut lebih dari 500 orang peserta, termasuk anggota parlemen, pengacara, dan aktivis dari lebih 40 negara.
Hingga kini, otoritas Israel mengaku telah menghentikan sekitar 40 kapal. Di peta pelacakan, hanya tersisa sebuah kapal bernama Mykeno yang berhasil mendekat lebih jauh ke perairan Gaza, meski masih terpisah beberapa mil laut.
Para peserta yang ditangkap langsung digiring ke Pelabuhan Ashdod, Israel. Pemerintah Israel menyatakan, seluruh bantuan bisa disalurkan melalui jalur resmi yang mereka tetapkan.
Mereka menegaskan, siapa pun yang mencoba “melanggar blokade Gaza” akan dicegat. Israel juga mengumumkan rencana untuk mendeportasi para peserta kembali ke Eropa.
Suara kemarahan
Program Jaringan di Al Jazeera (2/10/2025) menampilkan sejumlah reaksi keras warganet.
Seorang pengguna, Ahlaam, menulis bahwa setiap kapal dalam armada itu memperlihatkan fakta sesungguhnya: dunia sebenarnya mampu menghentikan blokade, tetapi memilih diam.
Pengguna lain, Benin, menilai intersepsi Israel akan membawa konsekuensi jangka panjang.
“Terbukanya wajah Israel di hadapan kecaman internasional bukanlah reaksi sesaat, melainkan tanda tergerusnya legitimasi mereka di forum global,” tulisnya.
Sementara itu, Said menegaskan bahwa pesan solidaritas telah sampai, terlepas dari intersepsi.
“Gaza masih bertahan—dengan semangat kalian, dengan solidaritas kalian, dengan kemanusiaan kalian,” ujarnya.
Seorang warganet lain, Khaled, menulis lantang.
“Pada akhirnya, para pembawa panji kemanusiaan adalah wakil sejati umat manusia. Mereka berteriak lantang di hadapan dunia: kalian, dengan seluruh kekuatan militer, tetap tak berdaya di hadapan tirani,” tulisnya.