Monday, October 6, 2025
HomeBeritaIsrael kaji 355 rencana tata ruang pemukiman ilegal di Tepi Barat

Israel kaji 355 rencana tata ruang pemukiman ilegal di Tepi Barat

Laporan resmi Otoritas Palestina mengungkapkan bahwa selama 2 tahun terakhir—periode yang bertepatan dengan perang dan genosida yang berlangsung di Jalur Gaza—otoritas Israel telah mempelajari 355 rencana tata ruang pemukiman di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur.

Dalam periode yang sama, 3.679 bangunan Palestina dihancurkan.

Temuan ini dipublikasikan oleh Badan Perlawanan terhadap Tembok dan Permukiman (Anti-Wall and Settlement Commission) pada Minggu, dan dipresentasikan oleh ketuanya, Muayyad Shaaban, dalam konferensi pers di Ramallah.

Laporan tersebut merinci berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan pasukan pendudukan dan pemukim Israel sejak dimulainya agresi besar-besaran terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023.

Menurut laporan itu, sejak tanggal tersebut, tentara Israel dan para pemukim telah melancarkan 38.359 serangan dan pelanggaran yang menargetkan tanah, harta benda, dan kehidupan warga Palestina di Tepi Barat.

Ekspansi pemukiman dalam skala besar

Laporan tersebut mengungkap bahwa lembaga perencanaan Israel memproses 355 rencana tata ruang untuk membangun 37.415 unit pemukiman baru di atas lahan seluas 38.551 dunam (1 dunam = 1.000 meter persegi).

Dari jumlah itu, 18.801 unit pemukiman telah disetujui, sementara 18.614 unit lainnya tengah dalam tahap pengajuan baru.

Perluasan terbesar tercatat di wilayah Yerusalem Timur (148 rencana), diikuti Bethlehem (51 rencana), Salfit (48), Ramallah (38), dan Qalqiliya, serta beberapa wilayah lain dalam jumlah lebih kecil.

Selain itu, pemerintah Israel mengesahkan “penyelesaian status” bagi 11 pos pemukiman liar.

Hal itu menambah daftar 68 pos pemukiman pertanian yang kini dilengkapi seluruh infrastruktur permanen untuk memperkuat keberadaannya di atas tanah warga Palestina.

Selama periode ini pula, Israel mendirikan 114 pos pemukiman baru—angka yang disebut laporan itu sebagai “tak tertandingi dalam sejarah kebijakan perampasan tanah dan penciptaan fakta baru di lapangan.”

Gelombang penghancuran dan pengusiran

Dalam waktu yang sama, laporan itu mencatat lonjakan signifikan dalam penghancuran bangunan Palestina.

Sebanyak 3.679 bangunan dihancurkan, termasuk 1.288 rumah berpenghuni, 244 rumah kosong, serta 962 bangunan pertanian dan fasilitas lainnya.

Sebanyak 1.667 surat perintah pembongkaran tambahan juga telah dikeluarkan.

Aksi penghancuran paling banyak terjadi di Yerusalem (880 bangunan), disusul Hebron (529) dan Tulkarm (464).

Israel juga menyita sekitar 55.000 dunam lahan dengan berbagai dalih, serta membentuk 25 zona penyangga baru di sekitar permukiman, sebagai bagian dari kebijakan yang semakin intensif seiring berlanjutnya perang di Gaza.

Kekerasan pemukim dan perubahan demografi

Sepanjang periode tersebut, para pemukim Israel membakar 767 lokasi, mengusir 33 komunitas Badui, dan merusak 48.728 pohon, termasuk lebih dari 37.000 pohon zaitun—sumber penghidupan utama banyak keluarga Palestina.

Menurut Muayyad Shaaban, bentuk kekerasan paling berbahaya adalah penciptaan “lingkungan pemaksaan” yang memaksa warga Badui meninggalkan tempat tinggal mereka.

“Kebijakan kekerasan dan teror pemukim telah menyebabkan pengusiran 33 komunitas Badui, mencakup 455 keluarga atau 2.853 jiwa,” ujarnya.

“Rekayasa ulang” geografi Palestina

Dalam konferensi persnya, Shaaban menegaskan bahwa Israel memanfaatkan perang di Gaza untuk menjalankan strategi kolonial yang sistematis—dengan “mereka ulang” geografi Tepi Barat melalui proyek-proyek permukiman baru yang bersifat diskriminatif dan menekan.

“Pasca-serangan Gaza, kita menyaksikan percepatan luar biasa dalam kebijakan kolonial Israel. Mereka memperluas penyitaan tanah, mempercepat studi perencanaan pemukiman baru, serta memperbanyak pos pemukiman pertanian dan upaya legalisasinya,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian besar kewenangan di lapangan kini telah diserahkan kepada para pemukim dan organisasi permukiman.

Termasuk dalam urusan pembongkaran bangunan Palestina, pengawasan konstruksi, dan perlindungan terhadap pemukim bersenjata—diperkuat oleh sejumlah rancangan undang-undang baru di Knesset.

Hingga akhir 2024, badan tersebut memperkirakan jumlah pemukim Israel di Tepi Barat telah mencapai sekitar 770.000 orang, tersebar di 180 permukiman resmi dan 256 pos pemukiman liar, di antaranya 136 pos pertanian.

Menurut data terbaru badan tersebut, 32 warga Palestina tewas ditembak pemukim Israel di Tepi Barat selama perang berlangsung, termasuk 12 korban sejak awal 2025.

Sementara menurut Kantor Media Pemerintah Palestina, total korban tewas di Tepi Barat selama perang mencapai 1.048 orang, dengan lebih dari 10.300 lainnya luka-luka akibat kebijakan represif yang berjalan paralel dengan genosida di Jalur Gaza.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler