Monday, October 13, 2025
HomeBeritaSiapa saja tahanan tertua dan pemilik hukuman panjang dari Yerusalem yang akan...

Siapa saja tahanan tertua dan pemilik hukuman panjang dari Yerusalem yang akan dibebaskan?

Di tengah ketidakjelasan soal daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan dalam pertukaran tahap ketiga sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober 2023, keluarga para tahanan di Yerusalem kini hidup dalam kecemasan.

Kantor Media Urusan Tahanan Palestina menyebut masih ada hambatan yang menghalangi pengumuman resmi daftar nama.

Sementara Kementerian Kehakiman Israel telah merilis versi awalnya—yang bisa berubah sewaktu-waktu dengan penambahan dan penghapusan nama.

Menurut data lembaga-lembaga yang menangani urusan tahanan di Yerusalem, ada 19 tahanan asal Yerusalem yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, namun 3 di antaranya tidak muncul dalam daftar Israel terbaru.

Mereka adalah Akrm al-Qawasmi (ditahan sejak 1996) dan Raed Abu Hamdiya (ditahan sejak 1997), keduanya pemegang kartu identitas Israel (biru), serta Hossam Shahadeh (ditahan sejak 2002) yang berstatus penduduk Tepi Barat dengan kartu identitas Palestina (hijau).

Nama Alaa al-Abbasi, yang telah mendekam di penjara lebih dari dua dekade dengan hukuman 60 tahun, juga tidak tercantum.

Layanan Penjara Israel tidak mengategorikan hukumannya sebagai hukuman seumur hidup, sehingga namanya dikeluarkan dari daftar calon pembebasan, menurut sumber-sumber lembaga tahanan.

Dalam daftar yang dirilis Kementerian Kehakiman Israel, tercantum 17 tahanan asal Yerusalem yang akan dibebaskan.

Tahanan tertua di antara mereka adalah Samir Abu Na’ma, yang telah mendekam di penjara sejak 1986, sedangkan yang termuda masa tahanannya adalah Hossam dan Diyaa Matar serta Suhail Shaqirat, yang ditangkap pada 2007.

Semua mereka merupakan tahanan dengan hukuman seumur hidup dan akan dibebaskan dengan ketentuan pengasingan ke luar wilayah Palestina.

Menurut laporan, Mesir akan menjadi titik transit pertama sebelum mereka dipindahkan dari Jalur Gaza ke luar negeri.

Bersama mereka, juga akan dibebaskan dr. gigi Samer Halabiya dari Abu Dis, wilayah timur Yerusalem, yang dipenjara sejak 2016 dengan hukuman 27 tahun.

Sejumlah tahanan akan kembali ke Yerusalem

Daftar kementerian Israel juga memuat beberapa nama tahanan yang akan kembali ke rumah mereka di Yerusalem karena bukan pemilik hukuman seumur hidup.

Mereka adalah Khaled al-Sabbah dan Sufyan al-Ajlouni (masih berstatus tahanan sementara), serta Mohammad Muhaysin (divonis 12,5 tahun), Omar Eid (20 tahun), dan Nabil Abu Khudair dari kamp pengungsi Shu’afat.

Termasuk pula Mohammad Abu Quteish, seorang tahanan yang terluka dan dijatuhi hukuman 15 tahun atas insiden penikaman di dekat kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem, pada Oktober 2022.

Ia ditembak oleh polisi Israel saat masih berusia 16 tahun, peluru menembus paru-parunya dan sempat dirawat berminggu-minggu di RS Hadassah, Yerusalem Barat.

Juga disebut nama Ayman al-Kurd, tahanan yang menderita kelumpuhan sebagian tubuh (paraplegia) setelah ditembak di dekat Bab al-Sahira (Gerbang Herod) pada September 2016, dalam insiden yang melukai dua tentara Israel.

Ia dijatuhi hukuman 35 tahun penjara dan kini termasuk dalam daftar yang akan dibebaskan.

Satu-satunya tahanan perempuan dari Yerusalem

Menurut data lembaga hak asasi, 451 warga Yerusalem saat ini mendekam di penjara-penjara Israel, termasuk 50 anak di bawah umur dan satu tahanan perempuan: Tasneem Odeh.

Tasneem, putri dari Barakat Odeh—seorang syahid yang tewas dalam aksi tabrakan terhadap pasukan Israel di dekat Yerikho pada 2022—ditangkap pada 2024.

Ia dituduh menyebarkan materi yang mendukung perlawanan di media sosial, termasuk foto pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan tokoh-tokoh perlawanan lainnya.

Pada Februari 2025, Menteri Dalam Negeri Israel Moshe Arbel mengumumkan rencana untuk mengusir tiga warga Yerusalem, termasuk Tasneem, berdasarkan undang-undang “Pengusiran Keluarga Teroris” yang disahkan Knesset pada November 2024.

Berdasarkan undang-undang itu, Arbel memerintahkan deportasi Tasneem dengan tuduhan “mendukung dan mempromosikan terorisme.”

Sejak perang di Gaza pecah dua tahun lalu, perlawanan Palestina telah berhasil menegosiasikan dua kesepakatan pertukaran tahanan besar.

Dalam pertukaran pertama pada akhir November 2023, sebanyak 175 tahanan asal Yerusalem dibebaskan.

Dalam pertukaran kedua pada Januari–Februari 2025, 33 tahanan Yerusalem dibebaskan dengan ketentuan pengasingan ke luar Palestina.

Kini, masyarakat Yerusalem menanti daftar resmi tahap ketiga, di tengah harapan bercampur cemas.

Antara keinginan melihat putra-putri mereka pulang dan kekhawatiran bahwa nama-nama mereka mungkin terhapus di detik terakhir dari daftar kebebasan yang terus berubah.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler