Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Jenderal Dan Caine, pada Jumat (31/10) melakukan penerbangan pengintaian dengan helikopter militer Israel di atas wilayah udara Jalur Gaza.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kunjungan resminya ke Israel untuk membahas perkembangan regional, menilai situasi di lapangan, serta memantau pelaksanaan gencatan senjata, sebagaimana dilaporkan sejumlah media Israel.
Menurut harian Yedioth Ahronoth, penerbangan tersebut melintasi beberapa kawasan di Gaza yang mengalami kerusakan besar akibat operasi militer Israel terakhir.
Namun, surat kabar itu tidak merinci lebih jauh mengenai lokasi pasti maupun hasil observasi Caine selama penerbangan tersebut.
Kunjungan kali ini merupakan yang kedua bagi Caine, setelah sebelumnya ia mendampingi Presiden Donald Trump dalam kunjungan ke Israel pada pertengahan Oktober lalu untuk bertemu para pemimpin militer negara itu.
Caine tiba di Tel Aviv pada Kamis malam (30/10), dan segera bertemu Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Eyal Zamir, di markas besar militer Israel.
Keduanya menggelar serangkaian pertemuan tertutup dengan para perwira tinggi untuk membahas koordinasi keamanan, masa depan Gaza pascaperang, serta rencana rekonstruksi wilayah tersebut, menurut laporan media Israel.
Selain itu, jenderal asal AS tersebut juga mengunjungi Pusat Koordinasi Sipil-Militer Amerika–Israel di Kota Kiryat Gat, selatan Israel.
Pusat ini baru saja diresmikan oleh Komando Pusat Angkatan Bersenjata AS (CENTCOM) untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata serta mengawasi penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Di sana, Caine bertemu dengan Jenderal Israel Yaki Dolf, yang bertanggung jawab atas koordinasi dengan pihak Amerika.
Pusat koordinasi yang didirikan pekan lalu itu menjadi platform operasional pertama yang dibentuk CENTCOM di Israel, dengan mandat utama “mendukung stabilitas Gaza”.
Panglima CENTCOM, Letnan Jenderal Patrick Frank, ditunjuk sebagai komandan pusat tersebut.
Fasilitas ini berperan penting dalam memantau pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober lalu.
Berdasarkan rencana yang diajukan Presiden AS, kesepakatan itu mencakup penghentian perang, penarikan bertahap pasukan Israel, pertukaran tahanan, serta pengiriman bantuan kemanusiaan secara segera ke Jalur Gaza.
Sebelum tercapainya gencatan senjata, Israel—dengan dukungan penuh Amerika Serikat (AS)—melancarkan perang yang oleh banyak pihak digambarkan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Perang yang berlangsung dua tahun itu menewaskan sedikitnya 68.643 warga Palestina dan melukai 170.655 orang lainnya, sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Sekitar 90 persen infrastruktur sipil di Gaza hancur, meninggalkan wilayah itu dalam kondisi yang oleh para pengamat disebut sebagai “reruntuhan kemanusiaan terbesar di abad ini.”
Kunjungan Dan Caine, dalam konteks tersebut, menegaskan peran langsung Washington dalam mengawasi fase pascaperang Gaza.
Sebuah babak yang masih sarat ketegangan politik dan pertanyaan besar mengenai keadilan bagi para korban.


