Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (7/11) melaporkan bahwa pemukim Israel melakukan sedikitnya 264 serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Oktober lalu.
Angka bulanan tertinggi sejak badan dunia itu mulai mencatat data kekerasan tersebut pada 2006.
Dalam pernyataannya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan terjadinya lonjakan tajam dalam kekerasan di wilayah pendudukan.
Serangan-serangan itu, yang mengakibatkan korban jiwa, luka-luka, dan kerusakan harta benda, kini terjadi rata-rata delapan kali setiap hari.
“Sejak 2006, kami telah mendokumentasikan lebih dari 9.600 serangan seperti ini, dan hampir 1.500 di antaranya terjadi hanya dalam tahun ini—sekitar 15 persen dari total keseluruhan,” kata OCHA.
Tepi Barat—yang dihuni sekitar 2,7 juta warga Palestina—merupakan wilayah kunci dalam upaya pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Namun, pemerintah-pemerintah Israel berturut-turut terus memperluas permukiman di kawasan itu dengan cepat, membuat wilayah tersebut semakin terpecah dan sulit diwujudkan sebagai entitas negara yang utuh.
PBB, bersama rakyat Palestina dan sebagian besar negara di dunia, menilai permukiman Israel di Tepi Barat ilegal menurut hukum internasional.
Saat ini, lebih dari 500 ribu pemukim Israel tinggal di kawasan yang secara hukum merupakan wilayah pendudukan.
Data PBB juga menunjukkan bahwa sejak awal tahun hingga Rabu pekan ini, 42 anak Palestina tewas di tangan pasukan Israel di Tepi Barat.
“Artinya, satu dari setiap lima warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel tahun 2025 adalah anak-anak,” demikian pernyataan OCHA.
Misi Israel untuk PBB sejauh ini belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari kantor berita Reuters.
Serangan-serangan di Tepi Barat ini terus berlangsung meski ada gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) di Gaza pada Oktober lalu, yang menghentikan sebagian besar pertempuran dan memungkinkan kembalinya para tawanan Israel.


