Pemerintah Israel menuntut Hamas segera mengembalikan jenazah perwira tentara Israel, Hadas Goldin, yang ditemukan di Rafah, selatan Jalur Gaza. Goldin diketahui gugur dan tertawan sejak 2014.
Surat kabar Yedioth Ahronoth, Minggu (9/11/2025), mengutip seorang sumber politik Israel yang menyebut Tel Aviv memandang serius persoalan pengembalian jenazah Goldin.
Menurut sumber itu, pemulangan jenazah dianggap sebagai isu sensitif dengan implikasi politik dan keamanan yang luas.
Sehari sebelumnya, sumber dari sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pihaknya berhasil mengevakuasi jenazah Goldin.
Jenazah itu dievakuasi dari sebuah terowongan di sebelah barat Kota Rafah, dengan bantuan tim Palang Merah Internasional.
Negosiasi sensitif
Pengembalian jenazah Goldin disebut-sebut terkait dengan pembicaraan rumit mengenai nasib para pejuang Hamas yang masih terjebak di kawasan Rafah.
Beberapa laporan, termasuk dari situs Axios, mengaitkan kesediaan Hamas menyerahkan jenazah tersebut dengan kemungkinan dibukanya koridor aman bagi sekitar 200 pejuang Al-Qassam yang masih bertahan di daerah itu.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Eyal Zamir, dilaporkan sempat menyetujui gagasan tersebut.
Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak keras, menegaskan bahwa para pejuang Hamas hanya memiliki dua pilihan: “menyerah atau tetap di bawah tanah.” Zamir kemudian menarik kembali persetujuannya.
Tekanan dari Washington
Sementara itu, harian Maariv melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir menekan Israel agar membuka jalur aman bagi para pejuang Hamas yang terkepung.
Sumber Israel yang dikutip surat kabar itu menyebut, desakan Washington didorong oleh keinginan untuk menjaga stabilitas gencatan senjata yang rapuh.
Menurut sumber tersebut, pemerintah AS menilai relokasi para pejuang ke wilayah kendali Hamas dapat membantu meredakan ketegangan dan mencegah pecahnya pertempuran baru.
Namun, sejauh ini Israel belum menunjukkan tanda-tanda akan mengizinkan langkah tersebut.
Saluran televisi Israel, Channel 12, melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump juga turut menekan Hamas untuk mengembalikan jenazah Goldin.
Upaya ini, menurut laporan itu, dimaksudkan untuk membuka jalan menuju kesepakatan yang dapat mengakhiri krisis para pejuang yang terperangkap di terowongan Rafah.
Sumber-sumber AS menyebut keberadaan para pejuang Hamas di bawah tanah itu sebagai faktor yang kerap memicu eskalasi militer.
Solusi yang ditawarkan mencakup pemberian jalur aman menuju wilayah Gaza yang dikuasai Hamas atau ke negara ketiga, disertai penghancuran jaringan terowongan setelah proses evakuasi selesai.
Menurut Channel 12, para utusan AS, Steven Witkoff dan Jared Kushner, dijadwalkan tiba di Israel pekan ini untuk mendorong tercapainya kesepakatan tersebut.
Pemerintah AS disebut menilai penyelesaian masalah Rafah ini bisa menjadi “proyek percontohan” menuju upaya perlucutan senjata Hamas di tahap berikutnya.
Analis politik Israel, Mohannad Mustafa, kepada Al Jazeera Net menyebut bahwa isu jenazah Goldin memiliki bobot politik tinggi di Israel.
“Netanyahu sebenarnya sempat mempertimbangkan kesepakatan pengembalian jenazah dengan imbalan keluarnya para pejuang Hamas dari Rafah. Namun tekanan dari kubu kanan yang menuntut penghancuran total Hamas membuatnya mundur,” ujarnya.
Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, pihak perlawanan Palestina telah membebaskan 20 tawanan Israel dalam kondisi hidup serta menyerahkan 23 jenazah dari total 28 yang ada.
Dari 5 jenazah yang belum dikembalikan, satu di antaranya milik warga Thailand dan empat lainnya warga Israel — termasuk perwira Hadas Goldin, yang jenazahnya baru ditemukan di Rafah pekan ini.


