Thursday, September 19, 2024
HomeBeritaKata-kata terakhir Haniyah: "Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan muncul"

Kata-kata terakhir Haniyah: “Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan muncul”

"Darah anak-anakku tidak lebih berharga daripada darah anak-anak Palestina ... Semua syuhada Palestina adalah anak-anakku," katanya.

Ismail Haniyah seolah-olah mengetahui waktunya berpulang telah dekat. Saat berbincang dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei beberapa jam sebelum dia wafat, Haniyah mengutip ayat Al-Quran tentang kehidupan, kematian, keabadian, dan ketabahan.

“Allah yang memberikan kehidupan dan menyebabkan kematian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu … ‘Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan muncul’,” ujar Haniyah dalam bahasa Arab, seperiti dikutip Reuters pada (2/8).

Beberapa jam kemudian, ia tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Israel di rumah tempat dia menginap bersama sang pengawal yang juga terbunuh, Wisam Abu Sya’ban.

Reuters menulis, ucapan Haniyah kepada Khamenei mencerminkan dalamnya keyakinan Haniyah terhadap Islam, yang membentuk kehidupan dia dan pandangannya terhadap perjuangan Paletina melawan Israel. Satu sosok yang menginspirasi Haniyah adalah pendiri Hamas Sheikh Ahmad Yasin yang menyerukan jihad melawan Israel pada 1980an.
Israel membunuh Yasin pada 2004 dengan rudal yang ditembak dari helikopter Apache. Tetapi wafatnya Sheikh Yasin malah menjadikan Hamas sebagai kekuatan militer yang solid.

Dalam wawancara dengan Reuters di Gaza pada tahun 1994, Haniyah mengatakan bahwa Yassin telah mengajarkan bahwa Palestina hanya dapat merebut kembali tanah mereka yang diduduki melalui “senjata-senjata murni dari pria-pria Palestina dan perjuangan mereka.”

Baca juga: Hamas tidak akan akui Israel, kata Khalid Misy’al usai shalat jenazah Haniyah

Tidak ada Muslim yang seharusnya meninggal di tempat tidurnya sementara “Palestina” masih terjajah, ia mengutip ucapan Yasin.

Ia mengatakan bahwa ia belajar dari Sheikh Yassin tentang “cinta kepada Islam dan pengorbanan untuk Islam ini serta tidak tunduk kepada tiran dan penguasa zalim.”

Haniyah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan Palestina saat perang berkecamuk di Gaza. Dalam perang ini, tiga putranya – Hazem, Amir, dan Mohammad – serta empat cucunya terbunuh dalam serangan udara Israel pada bulan April.

Setidaknya 60 anggota keluarganya yang lebih luas juga tewas dalam perang di Gaza.

“Darah anak-anakku tidak lebih berharga daripada darah anak-anak Palestina … Semua syuhada Palestina adalah anak-anakku,” katanya.

“Melalui darah para syuhada dan rasa sakit yang terluka, kami menciptakan harapan, kami menciptakan masa depan, kami menciptakan kemerdekaan dan kebebasan untuk rakyat kami,” katanya. “Kami mengatakan kepada penjajah bahwa darah ini hanya akan membuat kami lebih teguh dalam prinsip-prinsip kami dan keterikatan kami pada tanah kami.”

Baca juga: Ribuan orang shalati jenazah Haniyah di Doha, sebagian shalat di parkiran

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular