Wednesday, October 16, 2024
HomeHeadlineLAPORAN KHUSUS: Bagaimana Mossad jebol dan ledakkan pager Hizbullah

LAPORAN KHUSUS: Bagaimana Mossad jebol dan ledakkan pager Hizbullah

Dalam presentasi penjualan awal kepada Hizbullah dua tahun lalu, lini baru pager Apollo tampaknya sangat cocok untuk kebutuhan kelompok milisi yang memiliki jaringan yang luas dan sangat hati-hati dalam bertindak.

Pager AR924, meskipun agak besar, dirancang tahan banting, dibuat untuk bertahan dalam kondisi medan perang. Pager ini dilengkapi dengan desain tahan air buatan Taiwan dan baterai berukuran besar yang dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa perlu diisi ulang.

Yang paling mengesankan, tidak ada risiko pager-pager ini dapat dilacak oleh dinas intelijen Israel. Terpesona oleh teknologi ini, para pemimpin Hizbullah membeli 5.000 unit dan mulai mendistribusikannya kepada pejuang tingkat menengah dan personel pendukung pada bulan Februari.

Tidak satu pun pengguna menduga bahwa mereka sedang memakai bom yang dirancang dengan cerdik oleh Israel, lansir Washington Post dalam investigasinya.

Bahkan setelah ribuan perangkat ini meledak di Lebanon dan Suriah, hanya sedikit yang menyadari fitur paling jahat dari pager ini: prosedur dekripsi dua langkah yang memastikan sebagian besar pengguna memegang pager tersebut dengan kedua tangan saat perangkat meledak.

Sebanyak 3.000 perwira dan anggota Hizbullah — sebagian besar adalah figur pendukung yang bekerja di belakang garis depan — tewas atau cacat, bersama dengan sejumlah warga sipil yang tidak diketahui jumlahnya. Menurut pejabat Israel, AS, dan Timur Tengah, badan intelijen Israel, Mossad, mengendalikan perangkat tersebut secara jarak jauh pada 17 September.

Sebagai sebuah aksi spionase, operasi ini tak tertandingi, salah satu penetrasi paling berhasil dan inovatif terhadap musuh oleh dinas intelijen dalam sejarah baru-baru ini. Namun, rincian penting dari operasi ini — termasuk bagaimana perencanaan dan pelaksanaannya, serta kontroversi yang muncul di dalam kalangan keamanan Israel dan di antara sekutunya — baru sekarang mulai terungkap.

Laporan ini, yang mencakup banyak detail baru tentang operasi tersebut, disusun dari wawancara dengan pejabat keamanan Israel, Arab, dan AS, serta politisi dan diplomat yang mengetahui peristiwa tersebut.

Pejabat Lebanon dan orang-orang dekat Hizbullah juga berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi intelijen yang sensitif. Mereka menggambarkan rencana yang dirancang selama bertahun-tahun di markas besar Mossad di Tel Aviv dan akhirnya melibatkan sejumlah agen serta kaki tangan yang tidak menyadari peran mereka di berbagai negara.

Laporan dari The Washington Post mengungkapkan bagaimana serangan ini tidak hanya menghancurkan jajaran kepemimpinan Hizbullah, tetapi juga mendorong Israel untuk menargetkan dan membunuh pemimpin tertinggi Hizbullah, Hasan Nasrallah, yang meningkatkan risiko pecahnya perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Iran meluncurkan sekitar 180 rudal ke Israel pada hari Selasa sebagai balasan atas serangan Israel terhadap kepemimpinan Hizbullah dan memperingatkan bahwa konsekuensi yang lebih keras akan menyusul jika konflik semakin memanas.

“Perlawanan di wilayah ini tidak akan mundur meskipun para pemimpinnya terbunuh,” kata Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, dalam khutbah Jumat di Teheran.

Namun, di Israel, serangan ini meyakinkan para pemimpin politik negara tersebut bahwa Hizbullah bisa dilemahkan dan rentan terhadap pembongkaran sistematis melalui serangan udara dan, pada akhirnya, invasi darat. Meski terkesan dengan keberhasilan plot tersebut, beberapa pejabat masih khawatir akan dampak yang lebih luas dari serangan ini, di tengah konflik yang terus bereskalasi.

Seorang pejabat politik Israel, yang merujuk pada operasi peledakan pager, menyimpulkan kekhawatiran ini dengan pernyataan singkat saat pertemuan dengan pejabat Mossad.

“Kita tidak bisa membuat keputusan strategis seperti eskalasi di Lebanon dengan mengandalkan mainan,” kata pejabat tersebut.

Dirancang sejak 2022

Ide operasi pager ini muncul pada tahun 2022, menurut pejabat Israel, Timur Tengah, dan AS yang mengetahui kejadian tersebut. Bagian-bagian dari rencana ini mulai terbentuk lebih dari setahun sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober, yang memicu konflik besar di kawasan itu.

Saat itu, situasi di perbatasan utara Israel dengan Lebanon relatif tenang. Di antara setengah lusin kelompok milisi yang didukung Iran dengan senjata yang diarahkan ke Israel, Hizbullah adalah yang terkuat. Pejabat Israel semakin cemas melihat kelompok Lebanon ini menambahkan senjata baru ke dalam gudang senjata mereka, yang sudah mampu menyerang kota-kota Israel dengan puluhan ribu rudal berpemandu presisi.

Mossad, dinas intelijen Israel yang bertanggung jawab melawan ancaman asing terhadap negara Yahudi itu, telah bekerja selama bertahun-tahun untuk menyusup ke Hizbullah melalui pemantauan elektronik dan informan manusia.

Seiring waktu, para pemimpin Hizbullah mulai khawatir akan kerentanan mereka terhadap pengawasan dan peretasan Israel, takut bahwa bahkan ponsel biasa bisa diubah menjadi alat penyadap dan pelacak yang dikendalikan oleh Israel.

Dari kekhawatiran ini lahirlah ide untuk menciptakan semacam “kuda Troya” dalam komunikasi, menurut pejabat yang mengetahui rencana ini. Hizbullah saat itu tengah mencari jaringan elektronik yang tidak bisa diretas untuk mengirim pesan, dan Mossad merancang dua tipu muslihat yang membuat kelompok milisi tersebut membeli perangkat yang tampaknya sempurna untuk kebutuhan mereka — perangkat yang sebenarnya dirancang dan diproduksi di Israel oleh Mossad.

Bagian pertama dari rencana ini adalah walkie-talkie jebakan yang mulai disusupkan Mossad ke Lebanon hampir satu dekade lalu, pada tahun 2015. Radio dua arah portabel ini dilengkapi dengan baterai berukuran besar, bahan peledak tersembunyi, dan sistem transmisi yang memungkinkan Israel mendapatkan akses penuh ke komunikasi Hizbullah.

Selama sembilan tahun, menurut para pejabat, Israel puas hanya dengan menyadap komunikasi Hizbullah melalui walkie-talkie jebakan, sambil menyimpan opsi untuk mengubah perangkat tersebut menjadi bom dalam krisis di masa depan.

Namun, kemudian muncul peluang baru dan produk baru yang canggih: sebuah pager kecil yang dilengkapi dengan bahan peledak kuat. Dalam sebuah ironi yang baru akan terlihat beberapa bulan kemudian, Hizbullah secara tidak langsung akan membayar Israel untuk bom-bom kecil ini yang akan membunuh atau melukai banyak operatif mereka.

Karena para pemimpin Hizbullah sangat waspada terhadap kemungkinan sabotase, pager tersebut tidak boleh berasal dari Israel, Amerika Serikat, atau sekutu Israel lainnya.

Maka, pada tahun 2023, kelompok ini mulai menerima tawaran pembelian massal pager bermerek Apollo dari Taiwan, sebuah merek dan produk yang dikenal luas secara global tanpa kaitan yang jelas dengan Israel atau kepentingan Yahudi. Menurut para pejabat, perusahaan Taiwan itu tidak mengetahui rencana tersebut.

Tawaran penjualan ini disampaikan oleh seorang pejabat pemasaran yang dipercaya Hizbullah dan memiliki koneksi dengan Apollo. Pejabat pemasaran tersebut, seorang wanita yang identitas dan kebangsaannya dirahasiakan oleh para pejabat, adalah mantan perwakilan penjualan di Timur Tengah untuk perusahaan Taiwan itu.

Jaringan Hizbullah dan Apollo

Dia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri dan memperoleh lisensi untuk menjual produk dengan merek Apollo. Pada suatu waktu di tahun 2023, dia menawarkan kepada Hizbullah kesepakatan atas salah satu produk yang dijual perusahaannya: AR924, sebuah pager yang tahan lama dan andal.

“Dialah yang berhubungan langsung dengan Hizbullah dan menjelaskan mengapa pager yang lebih besar dengan baterai lebih besar lebih baik daripada model aslinya,” kata seorang pejabat Israel yang mengetahui detail operasi tersebut.

Salah satu poin utama dalam penjualan AR924 adalah bahwa “pager ini bisa di-charge ulang dengan kabel, dan baterainya lebih tahan lama,” jelas pejabat itu.

Dirakit di Israel

Ternyata, produksi sebenarnya dari perangkat tersebut dialihdayakan, dan pejabat pemasaran itu tidak mengetahui operasi tersebut serta tidak menyadari bahwa pager-pager tersebut dirakit di Israel di bawah pengawasan Mossad, menurut pejabat yang mengetahui rencana ini.

Pager buatan Mossad, yang masing-masing memiliki berat kurang dari tiga ons, dilengkapi dengan fitur unik: sebuah paket baterai yang menyembunyikan sejumlah kecil bahan peledak yang sangat kuat, menurut para pejabat yang mengetahui plot ini.

Dalam sebuah prestasi rekayasa, komponen bom tersebut disembunyikan dengan sangat hati-hati sehingga hampir tidak terdeteksi, bahkan jika perangkat itu dibongkar, kata para pejabat. Pejabat Israel percaya bahwa Hizbullah sempat membongkar beberapa pager dan bahkan mungkin melakukan rontgen pada perangkat tersebut.

Akses jarak jauh Mossad ke perangkat-perangkat tersebut juga tidak terlihat. Dengan sinyal elektronik dari dinas intelijen, ribuan perangkat bisa diledakkan sekaligus. Namun, untuk memastikan kerusakan maksimum, ledakan juga bisa dipicu oleh prosedur dua langkah khusus yang diperlukan untuk membaca pesan terenkripsi.

“Kamu harus menekan dua tombol untuk membaca pesan,” kata seorang pejabat. Dalam praktiknya, ini berarti pengguna harus menggunakan kedua tangan.

Dalam ledakan yang terjadi, pengguna hampir pasti akan “melukai kedua tangannya,” kata pejabat tersebut, sehingga mereka “tidak akan mampu bertarung.”

Sebagian besar pejabat tinggi terpilih di Israel tidak menyadari kemampuan ini sampai 12 September. Pada hari itulah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memanggil penasihat intelijennya untuk pertemuan guna membahas tindakan potensial terhadap Hizbullah, menurut pejabat Israel.

Menurut ringkasan rapat beberapa minggu kemudian yang disampaikan oleh pejabat yang mengetahui peristiwa tersebut, para pejabat Mossad memberikan pandangan pertama tentang salah satu operasi paling rahasia agensi tersebut. Saat itu, Israel telah menempatkan pager jebakan di tangan dan saku ribuan anggota Hizbullah.

Kalkulasi Israel

Pejabat intelijen juga mengungkapkan kekhawatiran yang telah lama ada: Dengan meningkatnya krisis di Lebanon selatan, risiko bahan peledak tersebut ditemukan semakin besar. Bertahun-tahun perencanaan cermat dan penipuan dapat dengan cepat menjadi sia-sia.

Di seluruh institusi keamanan Israel, terjadi perdebatan sengit, kata para pejabat. Semua pihak, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyadari bahwa ribuan pager yang meledak dapat menimbulkan kerusakan besar bagi Hizbullah, namun juga dapat memicu respons balasan yang hebat, termasuk serangan misil besar-besaran dari para pemimpin Hizbullah yang selamat, dengan kemungkinan Iran ikut terlibat.

“Jelas ada beberapa risiko,” kata seorang pejabat Israel. Beberapa pihak, termasuk pejabat senior Angkatan Pertahanan Israel (IDF), memperingatkan potensi eskalasi penuh dengan Hizbullah, meskipun pasukan Israel masih melanjutkan operasi melawan Hamas di Gaza. Namun, yang lain, terutama Mossad, melihat peluang untuk mengganggu status quo dengan “sesuatu yang lebih intens.”

Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, tidak diberitahu tentang pager jebakan tersebut atau perdebatan internal mengenai apakah perangkat itu harus diledakkan, kata pejabat AS.

Akhirnya, Netanyahu menyetujui pemicu ledakan pada saat perangkat tersebut dapat memberikan kerusakan maksimal. Selama minggu berikutnya, Mossad mulai mempersiapkan untuk meledakkan pager maupun walkie-talkie yang telah beredar.

Sementara itu, di Yerusalem dan Tel Aviv, perdebatan mengenai kampanye terhadap Hizbullah meluas hingga mencakup target penting lainnya: Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah itu sendiri.

Mossad telah mengetahui keberadaan pemimpin Hizbullah di Lebanon selama bertahun-tahun dan melacak pergerakannya dengan cermat, kata para pejabat. Namun, Israel menahan diri untuk tidak bertindak, yakin bahwa sebuah pembunuhan akan mengakibatkan perang habis-habisan dengan kelompok milisi itu, dan mungkin juga dengan Iran.

Para diplomat AS telah mendesak Nasrallah untuk setuju dengan gencatan senjata terpisah dengan Israel, tanpa mengaitkannya dengan pertempuran di Gaza, berharap akan ada kesepakatan yang bisa mengarah pada penarikan pasukan Hizbullah dari pangkalan-pangkalan di Lebanon selatan yang mengancam warga Israel di komunitas-komunitas dekat perbatasan.

Pejabat senior Israel menyatakan bahwa mereka menyatakan dukungan untuk proposal gencatan senjata, tetapi Nasrallah menolak untuk memberikan persetujuannya, bersikeras pada gencatan senjata untuk Gaza terlebih dahulu, menurut pejabat AS dan Timur Tengah. Beberapa pejabat politik dan militer senior di Israel tetap ragu tentang penargetan Nasrallah, khawatir akan dampaknya di kawasan.

Pada 17 September, meskipun perdebatan di lingkaran keamanan nasional tertinggi Israel mengenai apakah akan menyerang pemimpin Hizbullah masih berlangsung, ribuan pager bermerek Apollo berbunyi atau bergetar sekaligus di seluruh Lebanon dan Suriah. Sebuah kalimat singkat dalam bahasa Arab muncul di layar: “Anda menerima pesan terenkripsi,” begitu bunyinya.

Para anggota Hizbullah dengan taat mengikuti instruksi untuk memeriksa pesan yang dikodekan dengan menekan dua tombol. Di dalam rumah dan toko, di mobil dan di trotoar, ledakan mengoyak tangan dan menghancurkan jari. Kurang dari satu menit kemudian, ribuan pager lainnya meledak lewat kendali jarak jauh.

Keesokan harinya, pada 18 September, ratusan walkie-talkie meledak dengan cara yang sama, menewaskan dan melukai pengguna serta orang-orang di sekitarnya.

Ini adalah yang pertama dari serangkaian serangan yang ditujukan langsung ke jantung salah satu musuh Israel yang paling gigih. Saat Hizbullah terhuyung-huyung, Israel kembali menyerang, menggempur markas besar, gudang senjata, dan pusat logistik kelompok tersebut dengan bom seberat 2.000 pon.

Serangan udara terbesar terjadi pada 27 September, sepuluh hari setelah pager meledak. Serangan yang menargetkan pusat komando yang terpendam dalam di Beirut itu diperintahkan oleh Netanyahu saat ia melakukan perjalanan ke New York untuk memberikan pidato di PBB di mana ia menyatakan, berbicara kepada Hizbullah, “Cukup sudah.”

“Kami tidak akan menerima tentara teroris yang bertengger di perbatasan utara kami, mampu melakukan pembantaian seperti 7 Oktober,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

Keesokan harinya, pada 28 September, Hizbullah mengonfirmasi apa yang sudah diketahui sebagian besar dunia: Nasrallah, pemimpin kelompok yang penuh semangat dan musuh bebuyutan Israel, telah tewas.

Laporan ini disadur dari liputan investigasi Washington Post berjudul Mossad’s pager operation: Inside Israel’s penetration of Hezbollah.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular