Thursday, November 7, 2024
HomeBaitul MaqdisHemat amunisi, tentara Israel yang tewas makin banyak

Hemat amunisi, tentara Israel yang tewas makin banyak

bulan lalu 17 tentara mereka tewas di Gaza; 11 di antaranya akibat ledakan bom yang ditanam di dalam gedung-gedung

Militer Israel dikabarkan telah menghemat amunisi dan mengubah cara bertempur di Gaza. Perubahan itu menyebabkan lebih banyak tentara Israel yang tewas, terutama akibat ledakan alat peledak.

Hal tersebut diungkap oleh surat kabar Israel, Haaretz, yang dikutip Aljazeera Arabic pada Jumat (1/11).

Militer Israel melaporkan, bulan lalu 17 tentara mereka tewas di Gaza; 11 di antaranya akibat ledakan bom yang ditanam di dalam gedung-gedung, 5 di antaranya tewas di Jabaliya, sementara sisanya tewas di poros Nitzarim dan Rafah.

Para perwira dan tentara Israel yang diwawancarai Haaretz mengatakan, Angkatan Udara Israel biasanya melakukan pengeboman di sekitar gedung sebelum tentara memasuki bangunan, untuk meledakkan setiap alat peledak yang mungkin ada.

Namun, karena ketatnya pembatasan amunisi, pasukan kini harus mencari solusi sendiri.

Para perwira dan tentara yang bertugas di Gaza menjelaskan, peningkatan jumlah korban akibat ledakan alat peledak ini disebabkan beberapa faktor. Di antaranya penghematan amunisi presisi untuk melindungi unit-unit serbu di Angkatan Udara dan Artileri.

Selain itu, tentara unit teknik khusus yang bertugas mendeteksi bangunan yang dipasangi peledak telah dipindahkan ke Lebanon Selatan. Belum lagi kurangnya buldoser khusus untuk menghancurkan ranjau.

Beberapa bulan lalu, Angkatan Udara Israel menyiapkan serangan dengan mengebom sekitar bangunan, dengan tujuan membunuh anggota perlawanan dan memicu ledakan alat peledak yang tertanam.

Namun, militer Israel sekarang mengakui bahwa mereka terpaksa melakukan penghematan amunisi yang ketat, akibat embargo senjata oleh beberapa negara serta operasi darat di Lebanon yang kini menjadi prioritas utama.

Metode Pertempuran Baru

Militer Israel mengakui, pada Oktober jumlah kematian tentara akibat ledakan alat peledak meningkat, melebihi korban tewas akibat serangan roket pada tank atau pertempuran langsung.

Ini pertama kalinya mereka mengakui kekurangan amunisi presisi untuk menyediakan perlindungan.

Menurut Haaretz, penghematan ketat ini membuat tentara harus mencari solusi alternatif guna mengurangi risiko.

Salah satu metode yang digunakan adalah memanfaatkan kendaraan lapis baja “bunuh diri” yang diisi dengan bahan peledak.

Ketika kendaraan ini meledak di area pertempuran, ledakan yang dihasilkan diharapkan dapat memicu ledakan alat peledak yang tertanam.

Namun, kata seorang perwira yang bertempur di Jabaliya mengungkapkan kepada Haaretz, metode ini tidak seefektif serangan udara. Karena ledakan kendaraan lapis baja “bunuh diri” tersebut tidak cukup kuat untuk memicu peledak yang tertanam di lantai, atas atau di dalam ruangan-ruangan.

Para perwira dan tentara juga menyatakan, ledakan dari kendaraan “bunuh diri” ini hanya berdampak pada bagian luar bangunan.

Tidak hanya pasukan Israel yang menjadi korban dari alat peledak pejuang Palestina, tetapi juga unit Oketz, yang menggunakan anjing untuk mendukung operasi darat dan mendeteksi bahan peledak.

Militer Israel melaporkan bahwa banyak anjing dari unit ini yang tewas atau terluka dalam misi mendeteksi peledak. Sementara sebagian lainnya dinyatakan tidak layak lagi untuk bertugas karena telah menjalani terlalu banyak misi yang sangat melelahkan.

Baca juga: Kelompok Yahudi Ultra Ortodoks demo tolak wajib militer

Baca juga: LAPORAN KHUSUS: Oktober berdarah, bulan mematikan bagi pasukan penjajah Israel

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular