Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara resmi memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dengan alasan hilangnya kepercayaan yang semakin kuat sejak dimulainya perang Israel di Gaza dan Lebanon.
Gallant, yang telah menjadi anggota Partai Likud milik Netanyahu sejak 2019, akan digantikan oleh Menteri Luar Negeri Israel Katz. Gideon Saar akan mengisi posisi yang ditinggalkan Katz.
Dalam pengumuman tersebut, Netanyahu menjelaskan bahwa meskipun awalnya mereka bekerja dengan baik bersama-sama, tapi dalam beberapa bulan terakhir terjadi ketidaksepakatan yang semakin tajam mengenai strategi militer.
“Sayangnya, meskipun pada bulan-bulan pertama perang ada kepercayaan dan kerja sama yang produktif, dalam beberapa bulan terakhir kepercayaan itu retak antara saya dan Menteri Pertahanan,” kata Netanyahu, seperti dilansir Times of Israel pada Selasa (5/11).
Netanyahu juga menambahkan bahwa Gallant bertindak bertentangan dengan keputusan kabinet yang telah disepakati bersama.
Netanyahu menegaskan bahwa ia telah berupaya memperbaiki perbedaan di antara mereka, namun perpecahan yang terjadi justru semakin dalam yang mempengaruhi persepsi publik dan merusak keamanan Israel.
Menanggapi pemecatan Gallant, seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyatakan bahwa Gallant telah menjadi “mitra penting” dalam isu-isu terkait keamanan Israel.
Meskipun ada perubahan kepemimpinan, juru bicara itu menegaskan bahwa Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan Menteri Pertahanan Israel yang baru.
Pemecatan ini terjadi saat Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sedang berusaha menangkap Netanyahu dan Gallant terkait dugaan pelanggaran perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konteks perang Israel di Gaza.
Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel dari kelompok sayap kanan, mendukung keputusan Netanyahu untuk memecat Gallant. “Saya mengucapkan selamat kepada perdana menteri atas keputusan untuk memecat Gallant,” ujar Ben Gvir, yang juga mengkritik pandangan Gallant yang dianggapnya ketinggalan zaman dan dapat menghalangi Israel meraih kemenangan total.
Komentar Ben Gvir mencerminkan kecenderungan yang lebih luas di dalam pemerintahan Israel yang mendukung pendekatan lebih agresif dalam perang Gaza dan Lebanon.
Di sisi lain, pemimpin oposisi Yair Lapid mengkritik keputusan Netanyahu tersebut dan menyebutnya sebagai “tindakan kegilaan” dalam unggahan di X (Twitter).
Lapid menuduh Netanyahu mempertaruhkan keamanan Israel demi “kelangsungan politik yang memalukan”.
Keluarga-keluarga Israel yang memperjuangkan pembebasan sandera di Gaza menyatakan bahwa pemecatan Gallant merupakan upaya menggagalkan kemungkinan kesepakatan gencatan senjata.
Menurut laporan harian Haaretz, setidaknya 150 demonstran berkumpul di utara Israel untuk memprotes pemecatan Gallant. Ribuan lainnya turun ke jalan di Tel Aviv.
Setelah pemecatan Gallant, Yair Golan, pemimpin partai Demokrat, menyerukan agar diadakan protes massal setiap hari serta pemogokan umum di seluruh Israel.
Golan mendesak universitas dan tempat kerja untuk menutup diri sebagai bentuk protes, serta mendorong warga untuk turun ke jalan.