Thursday, January 23, 2025
HomeBeritaAnak-anak Gaza alami trauma psikologis akut akibat perang

Anak-anak Gaza alami trauma psikologis akut akibat perang

Anak-anal Gaza mengalami trauma psikologi berat akibat akibat perang yang telah berjalan lebih dari satu tahun.

Sebuah studi terbaru dari Community Training Center for Crisis Management (CTCCM), yang didukung oleh organisasi War Child, mengungkapkan dampak menghancurkan perang bagi anak-anak Gaza.

Aljazeera mengutip studi yang dimuat The Guardian itu menunjukkan, lebih dari setahun pengungsian dan pengeboman tanpa henti membuat anak-anak Gaza yang paling rentan mengalami trauma psikologis berat, sementara keluarga mereka berada di ambang kehancuran.

Penelitian ini melibatkan wawancara dengan 504 keluarga yang memiliki anak-anak dengan disabilitas, korban luka, atau yang terpisah dari keluarga. Hasilnya memperlihatkan kondisi kesehatan mental yang memprihatinkan:

  • 96% anak merasa kematian begitu dekat.
  • 92% sulit menerima realitas kehidupan.
  • 87% menunjukkan ketakutan ekstrem.
  • 79% sering mengalami mimpi buruk.
  • 77% enggan membicarakan peristiwa traumatis.
  • 73% bersikap agresif.
  • 49% menyatakan berharap mati karena perang.

Sebanyak 88% keluarga yang disurvei telah mengalami pengungsian berulang, dengan 21% di antaranya berpindah tempat hingga enam kali atau lebih.

Sebagian besar keluarga hidup hanya dengan pendapatan harian sebesar 4,19 dolar AS, sementara 80% kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan. Bahkan, 24% keluarga dipimpin oleh anak-anak di bawah usia 16 tahun.

Helen Pattinson, CEO War Child Inggris, menyebut laporan ini sebagai peringatan bahwa Gaza adalah salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

“Trauma psikologis akibat perang dapat menciptakan dampak lintas generasi jika komunitas internasional tidak bertindak sekarang. Gencatan senjata harus menjadi langkah pertama untuk memungkinkan organisasi seperti War Child memberikan dukungan psikologis yang mendesak,” ujar Pattinson.

Sejauh ini, War Child dan mitranya telah mendukung lebih dari 17.000 anak Gaza dalam mengatasi trauma mereka.

Layanan Darurat Terancam Lumpuh

Di sisi lain, layanan pertahanan sipil di Gaza menghadapi ancaman lumpuh akibat kekurangan bahan bakar dan peralatan.

Mahmoud Basal, juru bicara pertahanan sipil Gaza, memperingatkan bahwa lebih dari dua juta penduduk Gaza berisiko kematian jika sumber daya yang diperlukan tidak segera disalurkan.

“Kami membutuhkan langkah segera dari organisasi kemanusiaan, PBB, dan WHO untuk mendesak pendudukan agar mengizinkan masuknya bahan bakar dan peralatan yang dibutuhkan,” kata Basal.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan perang yang disebut banyak pihak sebagai upaya pemusnahan massal di Gaza.

Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 151 ribu warga Palestina menjadi korban, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 11 ribu orang dinyatakan hilang.

Dihantui kelaparan dan kehancuran besar, krisis ini telah merenggut nyawa banyak anak dan lansia.

Baca juga: Satu warga Israel tewas, tiga luka dalam serangan bus di Yerusalem

Baca juga: Israel pakai nama dari Taurat untuk operasi militer di Suriah

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular