Dalam sebuah wawancara dengan i24 News pada hari Jumat, analis militer Israel, Yossi Yehoshua, menyatakan bahwa Israel tidak punya kendali atas Hamas di Gaza, yang sepenuhnya menguasai wilayah tersebut.
“Hamas benar-benar mengendalikan Gaza, baik dengan kekuatan maupun dengan cara lainnya, dan kami tidak punya kuasa atas mereka,” kata Yehoshua.
Lebih lanjut, Yehoshua menjelaskan bahwa Hamas menentukan apakah ada pelanggaran yang dilakukan oleh Israel selama proses penyerahan sandera yang mereka tahan.
Ia juga meragukan ide pemindahan sukarela warga Palestina dari Gaza, bertanya-tanya berapa banyak orang Palestina di Gaza yang akan setuju dengan perpindahan tersebut.
Sementara itu, pada hari Sabtu, Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan pandangannya tentang pemindahan warga Palestina dari Gaza ke negara tetangga seperti Mesir atau Yordania.
Trump menyebutkan “keterbatasan ruang yang layak huni di Gaza” akibat kerusakan yang terjadi selama lebih dari 15 bulan konflik, yang didukung oleh AS.
Namun, Mesir lewat pernyataan Kementerian Luar Negeri menegaskan penolakannya terhadap “pembajakan hak-hak rakyat Palestina, baik melalui pemukiman, aneksasi tanah, atau pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka, baik sementara maupun jangka panjang.”
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, juga menegaskan pada konferensi pers Minggu lalu bahwa “Yordania tetap menolak rencana pemindahan ini, karena itu penting untuk mencapai stabilitas dan perdamaian yang diinginkan oleh semua pihak.”
PBB pun ikut bersuara, dengan juru bicara Stephane Dujarric menegaskan dalam sebuah konferensi pers pada Senin bahwa mereka menentang segala bentuk pemindahan paksa atau yang dapat menyebabkan pembersihan etnis.
Pada Senin pagi, sekitar 300.000 warga Palestina mulai kembali ke Gaza dan wilayah utara melalui jalan Al-Rasheed dan Salah Al-Din. Kembalinya mereka yang semula dijadwalkan pada Minggu sempat tertunda 24 jam karena Israel menolak membuka blokade yang dipasang di jalan-jalan tersebut.
Antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, lebih dari 159.000 warga Palestina tewas atau terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 14.000 orang lainnya masih hilang akibat kekerasan yang terjadi, didukung oleh kebijakan AS terhadap Israel.