Serangan besar-besaran Israel ke Iran pada Jum’at (13/6/2025) dini hari memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai tujuan sebenarnya dari Tel Aviv. Apakah benar serangan ini hanya ditujukan untuk menghancurkan program nuklir Iran, atau justru memiliki tujuan yang lebih luas?
Pakar urusan Israel, Muhannad Mustafa, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera menyatakan bahwa serangan ini tidak hanya menyasar proyek nuklir Iran. Ia menyebut bahwa tujuan utama Israel adalah melemahkan rezim Iran hingga menjatuhkannya.
Menurut Mustafa, apabila Israel hanya ingin menyerang program nuklir, maka serangan akan difokuskan pada fasilitas-fasilitas nuklir saja. Namun, yang terjadi justru lebih luas dari itu.
“Israel ingin meruntuhkan wibawa internal dan regional Iran, sesuatu yang mereka upayakan sejak dua tahun terakhir melalui serangan ke kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di kawasan,” ujar Mustafa.
Ia juga menilai bahwa ambisi Israel saat ini tidak hanya menghentikan pengembangan senjata nuklir oleh Teheran, tetapi juga menargetkan jatuhnya rezim Iran itu sendiri. “Karena keberadaan rezim ini adalah sumber dari kehendak politik untuk memiliki proyek nuklir,” tambahnya.
Strategi mirip Hizbullah
Mustafa juga menyamakan serangan ini dengan strategi Israel terhadap Hizbullah di Lebanon: dimulai dari penargetan para pemimpin dan tokoh-tokoh penting, untuk kemudian melumpuhkan pusat kekuatan mereka.
Sebelum 7 Oktober 2023, Israel cenderung menyerang pusat terlebih dahulu, baru kemudian menyasar cabang-cabang kekuatan Iran di wilayah lain. Namun kini, Israel tampaknya mengubah strategi dengan terlebih dahulu menghancurkan jaringan regional sebelum menyerang pusat komando di Iran.
Menurut Mustafa, ini adalah “kesempatan bersejarah” bagi Israel untuk menghancurkan jaringan Iran di kawasan sebelum akhirnya fokus ke jantung kekuatan di Teheran.
Ia juga menyatakan bahwa Israel bersedia membayar harga tinggi atas operasi ini karena dianggap sepadan dengan penghapusan ancaman eksistensial dari senjata nuklir Iran. Mustafa menegaskan adanya konsensus domestik di Israel atas serangan ini.
Ia juga menyoroti bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang saat ini menjadi subjek penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional, telah menanti momen seperti ini selama bertahun-tahun. “Ia telah meraih sebagian dari ambisi politik dan sejarahnya,” ujarnya.
Israel klaim capai sasaran
Militer Israel menyatakan bahwa mereka telah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, sistem pertahanan udara, dan para pemimpin militer penting Iran. Pemerintah Israel juga menyebut ini sebagai bagian dari “operasi jangka panjang untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir”.
Perdana Menteri Netanyahu menyebut operasi ini sebagai “momen krusial dalam sejarah Israel”, sementara Menteri Pertahanan Yisrael Katz mengatakan bahwa serangan berhasil mengenai sasaran strategis, termasuk komandan Pasukan Garda Revolusi, militer, intelijen, dan ilmuwan nuklir Iran.
Sementara itu, Reuters melaporkan bahwa setidaknya 20 perwira tinggi militer Iran tewas dalam serangan tersebut. Di antaranya adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri, serta Komandan Garda Revolusi Jenderal Hossein Salami.