Tuesday, November 19, 2024
HomeBeritaAngka kematian jurnalis di Gaza lebihi angka semua profesi

Angka kematian jurnalis di Gaza lebihi angka semua profesi

Jurnalis yang meliput genosida Israel selama 10 bulan di Gaza menghadapi tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan profesi lainnya. Hal itu menunjukkan jurnalis telah menjadi target langsung militer Israel.

“Tingkat kematian di kalangan jurnalis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan profesi sipil lainnya. Dengan lebih dari 12% jurnalis Gaza yang tewas, ini adalah tingkat kematian yang bahkan lebih tinggi daripada prajurit infanteri,” ujar Tim Dawson, Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), kepada Anadolu, pada Kamis, (15/8).

Pada 10 Agustus, dua jurnalis—Tamim Ahmed Abu Muammer dari Televisi Palestina dan Abdullah Mahir al-Susi dari Al-Aqsa Channel—tewas dalam serangan Israel, menambah jumlah korban dari kalangan pers dalam konflik di Gaza.

Dawson mengatakan tindakan Israel melanggar hukum humaniter internasional dan hukum perang.

“Sejak konflik dimulai, lebih dari 100 jurnalis telah kehilangan nyawa mereka. Berdasarkan data saya, jumlahnya sekitar 120, tetapi ada berbagai cara penghitungan, dan beberapa orang mencatat angka yang jauh lebih tinggi.”

Baca juga: PBB yakin korban tewas di Gaza lebih dari 40 ribu

Ia juga menyoroti sistem pengawasan dan penargetan canggih Israel, seperti Lavender, Gospell, dan Pegasus, yang menimbulkan kekhawatiran tentang penargetan yang disengaja.

“Kami tahu bahwa (tentara) Israel memiliki perangkat lunak canggih yang bisa melacak orang, yang dapat memprogram drone untuk menyerang ke alamat yang sangat spesifik,” kata Dawson.

Baca juga: Israel kembali bunuh jurnalis di Gaza, jumlah jurnalis tewas kini 166

Selain pembunuhan, Dawson mengkritik sensor media Israel di Gaza, menyebutnya sebagai “upaya untuk mengendalikan narasi.”

“Mereka melarang jurnalis asing masuk ke Gaza. Jurnalis asing telah berkali-kali mengajukan permohonan untuk diizinkan masuk, namun ditolak. Kami tahu bahwa pemerintah Israel telah mempersulit kehidupan surat kabar yang memiliki pandangan sedikit berbeda tentang konflik yang sedang berlangsung.”

Ia juga menyebutkan bahwa jurnalis asing berulang kali ditolak masuk, dan platform seperti Al Jazeera telah diusir dari Israel.

Lebih jauh lagi, Dawson menekankan pentingnya akses media yang tak terbatas ke Gaza dan dukungan bagi jurnalis yang bekerja di bawah kondisi berbahaya.

Dia mencatat bahwa IFJ telah mengajukan keluhan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), menuduh bahwa penargetan jurnalis oleh Israel dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Dawson menegaskan pentingnya investigasi internasional yang menyeluruh untuk memastikan para pelaku bertanggung jawab.

Sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah merenggut nyawa 168 jurnalis, termasuk profesional dari berbagai kewarganegaraan.

Korban-korban yang menonjol termasuk jurnalis foto Anadolu Agency, Ali Jadallah, yang keluarganya tewas dalam serangan di rumahnya, dan kameraman lepas, Muntasir al-Sawaf, yang tewas dalam serangan udara.

Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular