Ketegangan meningkat di kalangan kelompok-kelompok bersenjata lokal yang dibentuk dan dilindungi oleh pasukan pendudukan di sejumlah wilayah Jalur Gaza.
Hal itu beririgan dengan kabar yang kian santer tentang kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan Israel.
Kelompok-kelompok ini dikabarkan cemas akan nasib mereka jika pasukan Israel menarik diri dari kawasan pemukiman dan kembali ke posisi di dekat perbatasan. Tanpa perlindungan militer Israel, keberadaan mereka terancam.
Saat ini, sebagian besar anggotanya bermukim di wilayah yang berdekatan dengan sisi timur perbatasan Gaza.
Menurut sumber di lapangan, militer Israel merekrut sejumlah warga lokal bersenjata dan menugasi mereka menjalankan operasi-operasi keamanan.
Termasuk memburu anggota perlawanan serta melaksanakan misi-misi khusus atas nama pasukan pendudukan.
Peran dan tugas
Kemunculan kelompok-kelompok bersenjata ini mulai terlihat pada akhir tahun 2024, ketika Israel mencari “alternatif pemerintahan” di Gaza.
Namun, penolakan masyarakat terhadap ide tersebut membuat militer Israel mengubah peran kelompok itu: bukan sebagai otoritas sipil, melainkan sebagai kepanjangan tangan keamanan lapangan.
Seorang sumber di aparat keamanan perlawanan Palestina merinci peran kelompok tersebut sebagai berikut:
- Menjarah bantuan kemanusiaan yang ditujukan bagi penduduk Gaza, dengan perlindungan pasukan Israel, guna memperburuk kondisi kelaparan lebih dari dua juta warga.
- Melakukan patroli dan penyisiran di wilayah tertentu untuk memastikan tidak ada pejuang perlawanan, sekaligus berfungsi sebagai “garis depan” pengganti tentara Israel dalam situasi berisiko tinggi.
- Melaksanakan operasi rahasia di area permukiman, termasuk menculik individu yang menjadi target intelijen Israel.
- Mengacaukan keamanan warga sipil melalui tembakan acak dan aksi teror yang menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.
- Membuka jalur bagi pasukan Israel, dengan mengamankan area masuk sebelum anjing pelacak militer dikerahkan.
- Melindungi posisi-posisi militer Israel secara sementara, bertindak sebagai lapisan penjaga lokal untuk mengurangi risiko langsung bagi pasukan Israel.
- Menjalankan misi intelijen lokal, termasuk memantau pergerakan warga dan kelompok perlawanan.
Masih menurut sumber keamanan perlawanan, kabar mengenai gencatan senjata yang semakin dekat telah mengguncang barisan kelompok tersebut.
Lima anggota milisi yang tergabung dalam kelompok bersenjata pimpinan Yasir Abu Syabab disebut telah meminta keluarga mereka menjadi perantara untuk menyerahkan diri kepada aparat keamanan perlawanan—dengan harapan memperoleh pengampunan.
Perburuan di lapangan
Gambaran situasi lapangan yang dihimpun oleh aparat keamanan di Gaza menunjukkan adanya empat kelompok kriminal bersenjata yang tengah berada pada tahap pembentukan dan perekrutan.
Namun, dalam operasi pemberantasan kejahatan yang intensif, dua di antaranya telah berhasil dibongkar dan dilumpuhkan oleh aparat keamanan.
Kini tersisa dua kelompok bersenjata yang masih aktif dan diketahui bergerak bersama pasukan pendudukan Israel.
Mereka beroperasi di sekitar poros pergerakan dan titik masuk pasukan Israel, dengan perlindungan dari pesawat nirawak (drone) yang terus memantau kawasan tersebut.
Seorang sumber tinggi di aparat keamanan Gaza, dalam keterangannya kepada Al Jazeera Net, memperkirakan jumlah anggota di masing-masing kelompok mencapai sekitar 80 orang.
Sebagian besar di antaranya memiliki catatan kriminal berat, termasuk kasus narkoba, pembunuhan, perampokan, dan berbagai tindak kekerasan sosial.
Menurut sumber tersebut, penanganan terhadap kelompok-kelompok ini dilakukan dengan pendekatan tegas dan prinsipil, mencakup langkah-langkah berikut:
- Menjatuhkan hukuman mati terhadap sejumlah anggota kelompok bersenjata, termasuk eksekusi terbaru yang dilakukan di Kota Gaza.
- Melaksanakan operasi intelijen presisi tinggi yang berhasil membongkar, menangkap, dan menumpas dua jaringan bersenjata.
- Membuka berkas hukum bagi para tersangka yang ditangkap, disertai pemantauan intensif terhadap jaringan lain untuk memastikan penangkapan berikutnya berjalan tepat sasaran.
Sumber yang sama menegaskan bahwa aparat keamanan Gaza tidak ragu bertindak secara hukum, termasuk dalam pengumpulan informasi, penangkapan, dan penegakan keadilan.
Seluruh langkah dilakukan dengan keseimbangan antara ketegasan di lapangan dan perlindungan terhadap warga sipil, demi menjaga stabilitas serta menuntaskan ancaman kelompok bersenjata yang didukung oleh Israel hingga ke akar-akarnya.
Analis keamanan setempat memperkirakan bahwa Israel kemungkinan akan terus memanfaatkan kelompok-kelompok ini dalam jangka pendek.
Hal itu sebagai alat sementara untuk menjaga kepentingannya atau menutup kekosongan keamanan di wilayah pendudukannya.
Namun, hubungan semacam itu dinilai tidak akan bertahan lama. Setelah kepentingan militer Israel terpenuhi, kelompok-kelompok ini akan ditinggalkan, meninggalkan jejak kekacauan dan potensi gelombang kekerasan baru di tengah masyarakat Gaza.
Strategi sosial dan keamanan
Menurut sumber tinggi di aparat keamanan Gaza, dalam beberapa bulan terakhir lebih dari 45 anggota kelompok bersenjata lokal telah menyerahkan diri secara sukarela kepada otoritas keamanan.
Sebagian di antara mereka bahkan memberikan informasi intelijen penting mengenai cara kerja kelompok, sumber pendanaan, serta jalur pergerakan dan komunikasi mereka.
Aparat keamanan, lanjut sumber itu, menangani kasus-kasus penyerahan diri secara hukum dan berimbang: setiap pelaku diperiksa dan hasilnya diserahkan kepada lembaga peradilan.
Tujuannya adalah menjaga keseimbangan antara penegakan keadilan dan kepentingan keamanan umum.
Dalam kasus di mana pelaku menunjukkan kerja sama nyata dan membuka informasi penting, otoritas dapat mempertimbangkan program keadilan restoratif atau pengurangan hukuman.
Namun, untuk kejahatan berat—terutama yang melibatkan kekerasan terhadap warga sipil atau perampokan bantuan kemanusiaan—tidak ada ruang untuk kompromi; seluruh pelaku akan diadili sesuai hukum yang berlaku.
Sumber tersebut memperingatkan tentang bahaya kebijakan Israel yang memanfaatkan geng-geng lokal untuk kepentingan militernya.
Kebijakan itu, ujarnya, memiliki dampak sosial dan keamanan jangka panjang yang serius terhadap struktur masyarakat Gaza.
Karena itu, aparat keamanan menegaskan akan menghukum dan menuntut pertanggungjawaban siapa pun yang terlibat dalam kejahatan terhadap warga sipil atau penjarahan bantuan, tanpa toleransi.
Lebih jauh, aparat keamanan di Gaza telah menyusun rencana strategis terpadu yang mencakup dimensi keamanan, sosial, dan hukum untuk menghadapi berbagai kemungkinan setelah tercapainya gencatan senjata atau kesepakatan politik.
“Masyarakat Palestina akan segera melihat bagaimana para pelaku kejahatan ini dipertanggungjawabkan di depan hukum,” kata sumber itu.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran internasional terhadap bahaya praktik pendudukan semacam ini.
“Setiap dukungan atau keterlibatan langsung kekuatan pendudukan dalam membentuk kelompok bersenjata lokal merupakan tindakan berisiko tinggi dan dapat dikategorikan sebagai tanggung jawab atas pelanggaran kemanusiaan yang terjadi,” tambahnya.
Saat ini, aparat keamanan Gaza menjalankan rencana preventif untuk menangani para mantan anggota geng yang telah menyerahkan diri dan memberikan informasi penting.
Mereka diperlakukan dalam kerangka hukum dan pengawasan yudisial yang ketat, disertai program reintegrasi bersyarat—dengan syarat utama pengungkapan penuh terhadap jaringan kriminal yang terlibat.
Informasi yang diperoleh digunakan untuk membongkar dan menumpas sepenuhnya sisa-sisa kelompok kriminal bersenjata yang pernah beroperasi di bawah perlindungan Israel.