Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio menyampaikan keprihatinan negaranya terhadap situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Hal itu disampaikannya dalam pembicaraan via telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (16/5/2025).
Rubio juga mengungkapkan bahwa Washington terbuka terhadap rencana alternatif dalam pendistribusian bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terkepung itu.
“Kami merasakan penderitaan yang dialami masyarakat di Gaza, dan kami berupaya memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan,” ujar Rubio dalam keterangan kepada media.
Ia menambahkan bahwa terdapat berbagai kritik terhadap skema distribusi bantuan yang dirancang bersama antara Israel dan AS, dan pemerintahannya bersedia mempertimbangkan opsi lain yang lebih dapat diterima secara internasional.
Sejumlah badan PBB dan organisasi internasional telah menyuarakan penolakan terhadap rencana Israel untuk mengendalikan penyaluran bantuan di Gaza.
Mereka menyebut langkah tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.
Sejak 75 hari terakhir, Israel menutup akses masuk bantuan makanan dan obat-obatan ke Jalur Gaza, di tengah serangan militer yang kian meluas.
Krisis kemanusiaan di wilayah itu semakin memburuk seiring dengan langkah Netanyahu yang belakangan ini menangguhkan implementasi kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari lalu.
Negosiasi di Doha
Menanggapi proses negosiasi gencatan senjata yang saat ini sedang berlangsung di Doha, Qatar, Rubio enggan memberi rincian lebih lanjut.
Ia hanya menyebut bahwa sejumlah negara turut terlibat aktif dalam upaya tersebut, termasuk Qatar, Mesir, dan Turki.
Sementara itu, media penyiaran Israel melaporkan bahwa belum ada kemajuan signifikan dalam perundingan di Doha meskipun tekanan dari AS terhadap semua pihak terus ditingkatkan.
Namun demikian, Israel disebut tengah mempertimbangkan untuk mengurangi rencana eskalasi militernya di Gaza guna memberi ruang lebih bagi diplomasi.
Amerika Serikat, bersama Qatar dan Mesir, terus berupaya menghidupkan kembali proses gencatan senjata yang sempat disepakati awal tahun ini.
Namun, Netanyahu kembali menunjukkan sikap keras dengan mengancam akan memperluas operasi militer yang kini diberi nama “Kereta Gideon”. Sebuah rencana yang disebut-sebut mencakup pendudukan penuh atas Jalur Gaza.
Dalam pernyataannya baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump menyatakan harapannya agar Gaza dapat menjadi “wilayah kebebasan” setelah sekian lama menjadi medan perang dan kehancuran.