Seorang ayah dari sandera Israel mengutuk pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin (3/3) di tengah ketidakpastian terkait nasib kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan.
“Kami berada di puncak negosiasi, dan kami sedang menggunakan kekuatan yang bisa mengorbankan kami para sandera,” kata Alon Nimradi, ayah dari Tamir Nimrodi, sandera Israel yang ditahan di Gaza, kepada Radio Tentara Israel.
“Kami telah melakukan ini sebelumnya dan kehilangan puluhan sandera,” ujarnya.
“Sangat menyedihkan bahwa para sandera mengandalkan Amerika dan negara-negara asing lainnya, bukan pemerintah Israel yang justru tidak sepakat dengan kami dalam masalah ini. Ini benar-benar tidak masuk akal,” tambah Nimradi.
Tentara Israel meningkatkan serangannya di Gaza sejak Minggu (2/3), segera setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Pemerintah Israel menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza pada hari Minggu, sementara Netanyahu menolak untuk memulai negosiasi untuk fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Kesepakatan ini telah menghentikan perang genosida Israel terhadap Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 48.380 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan hampir seluruh wilayah Gaza.
Israel memperkirakan masih ada 59 sandera yang ditahan di Gaza, dengan setidaknya 20 di antaranya masih hidup, dan mereka diharapkan akan dibebaskan pada fase kedua gencatan senjata yang mengharuskan Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza dan mengakhiri perang secara permanen.
Pada November tahun lalu, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perangnya di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya terhadap Gaza.