Oleh: Awad Babikir*
Kepemimpinan Turki mengungkapkan bahwa terdapat sebuah rencana yang digulirkan Israel dan melibatkan beberapa negara di kawasan yang bertujuan menggulingkan rezim Bashar al-Assad dengan cara halus.
Rencana ini dipimpin oleh faksi-faksi Suriah yang setia kepada Israel, menggunakan alat-alat skenario yang sama yang sebelumnya dipersiapkan untuk diterapkan di Sudan, dengan dukungan milisi dan sekutu politik Israel yang bersembunyi di balik Uni Emirat Arab (UEA).
Namun, kesadaran dan kehendak rakyat Sudan, yang terorganisir di bawah kepemimpinan tentara mereka, menggagalkan rencana tersebut, yang bertujuan melemahkan dan membagi negara.
Karena itu, Turki segera bergerak untuk mencegah rencana tersebut, dengan tujuan memblokir jalan bagi Israel. Turki berhasil meyakinkan Iran dan menetralkan Rusia, sehingga mereka beralih mendukung revolusi Suriah.
Revolusi ini sudah mencapai tahap kematangan politik yang signifikan setelah periode kebingungan.
Saat ini, para revolusioner Suriah menunjukkan visi strategis yang tunggal dan kesepakatan penuh, sehingga langkah yang diambil menjadi cepat dan mendalam. Hasilnya, rezim Bashar al-Assad yang otoriter akhirnya runtuh.
Kejutan dan kecepatan peristiwa ini sangat mengejutkan Amerika, Israel, dan sekutu-sekutu mereka di kawasan, yang tercermin dalam judul-judul surat kabar dan berita-berita internasional.
Berita-berita Barat gagal memberikan analisis yang jelas, objektif, dan akurat tentang peristiwa tersebut. Israel, dengan tindakan ceroboh mereka, menyerang pangkalan militer tentara Suriah ketika mereka gagal mengendalikan situasi.
Mereka terlewat memahami bahwa runtuhnya rezim Bashar lebih penting daripada hal lain, karena dampaknya bisa meluas tidak hanya di kawasan Timur Tengah, tetapi juga ke seluruh dunia. Ini juga memperkuat kehendak rakyat di kawasan tersebut.
Kepemimpinan baru di Suriah dipandang mampu membangun institusi militer yang kuat, yang menjadi tambahan besar bagi kamp perlawanan terhadap kekuasaan Zionis yang penuh kebencian, bukan untuk menentangnya.
Tindakan Israel yang provokatif justru mendorong mobilisasi besar-besaran dari rakyat Suriah. Ini menegaskan bahwa Israel menentang setiap negara yang bebas dan merdeka dalam menyampaikan pendapat dan arah.
Kemenangan rakyat Suriah atas tirani Assad dan pembukaan gerbang Al-Aqsa memberikan harapan baru bagi rakyat Arab dan para Islamis yang mendambakan pembebasan, yang terus bermimpi tentang matahari kebebasan yang akan menghapus sistem-sistem penindasan dan kesulitan hidup yang mereka alami.
Penulis adalah pengamat Timur Tengah