Wednesday, March 19, 2025
HomeBeritaBekas sandera Israel tolak genosida terbaru Netanyahu ke Gaza

Bekas sandera Israel tolak genosida terbaru Netanyahu ke Gaza

Setelah serangan udara dilanjutkan di Gaza, sekelompok sandera yang baru dibebaskan menggelar protes besar-besaran, memohon kepada pemerintah untuk tidak meninggalkan rekan-rekan mereka yang masih ditahan.

Mereka juga memperingatkan bahwa aktivitas militer Israel dapat membahayakan nyawa para sandera yang masih berada dalam penahanan.

Sasha Troufanov, Yarden Bibas, Iair Horn, dan Keith Siegel, yang dibebaskan dalam gencatan senjata terbaru, hadir pada Selasa malam di Alun-Alun Sandera di Tel Aviv.

Mereka menyampaikan permohonan mendalam agar sandera yang masih tertahan segera dibebaskan.

Beberapa di antaranya adalah teman-teman yang mereka kenal selama dalam penahanan, yang tertinggal saat mereka dibebaskan.

Yocheved Lifshitz, mantan sandera yang dibebaskan pada Oktober 2023, juga hadir.

Suaminya, Oded, tewas dalam penahanan, dan jasadnya baru-baru ini dipulangkan ke Israel.

“Saya tak bisa berhenti memikirkan teman-teman saya yang masih ada di sana,” kata Troufanov, sembari menyebut nama saudara-saudara Ariel Cunio dan David Cunio.

“Ada kesepakatan yang membawa saya pulang, dan tahap kedua seharusnya dimulai,” tambahnya. Troufanov, yang diculik dari Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober bersama ibunya, neneknya, dan pacarnya—sementara ayahnya, Vitaly, dibunuh—mengungkapkan rasa frustasinya.

“Apa yang terjadi dengan tahap kedua? Mengapa kita meninggalkan mereka? Sandera bukan hanya gambar di poster, mereka adalah manusia dan waktu mereka semakin habis.”

Troufanov, yang keluarganya dibebaskan pada November 2023 setelah 498 hari ditahan oleh Hamas, juga mengingatkan bahwa aktivitas militer Israel justru semakin membahayakan sandera yang masih tertahan.

Namun, dia merasa para pengambil keputusan tidak mendengarkan suara mereka.

Bibas, yang berdiri di belakang Troufanov dengan memegang spanduk yang menampilkan wajah saudara-saudara Cunio, tak berbicara di hadapan kerumunan. Dia baru dibebaskan bulan lalu setelah 484 hari di penahanan.

Beberapa minggu setelah pembebasannya, Israel menerima jenazah istrinya dan dua anaknya—Shiri, Ariel, dan Kfir—yang juga diculik dan dibunuh selama dalam penahanan.

Pada hari yang sama, Bibas menulis di media sosial bahwa dirinya merasa “terkejut” atas kondisi teman-temannya yang masih berada di Gaza, dan pertempuran yang kembali dimulai memicu kenangan buruk dari masa penahanannya.

“Keputusan Israel untuk kembali bertempur membawa saya kembali ke Gaza, ke saat-saat saat saya mendengar ledakan di sekitar saya dan takut akan nyawa saya, karena saya khawatir terowongan tempat saya ditahan akan runtuh,” tulis Bibas.

“Istri dan anak-anak saya diculik hidup-hidup dan dibunuh dengan kejam. Tekanan militer ini membahayakan sandera, sementara ada kesepakatan yang seharusnya membawa mereka pulang.”

Bibas juga menyampaikan kekhawatirannya untuk teman-temannya yang masih berada di penahanan.

“Saya kehilangan Shiri, Ariel, dan Kfir, tapi David masih bisa pulang hidup-hidup ke Sharon, Emma, dan Yuli, dan Ariel bisa pulang ke pasangannya Arbel Yehud dan keluarganya.”

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular