Presiden Amerika Serikat Joe Biden akhirnya mengakui bahwa jumlah penduduk Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel begitu banyak.
Hal itu ia sampaikan dalam konferensi persnya bersama pemimpin Yordania Raja Abdullah II di Gedung Putih, Senin (12/2), melansir Anadolu.
“Begitu banyak dari 27 ribu lebih yang terbunuh dalam konflik ini merupakan warga sipil tak bersalah, termasuk anak-anak,” ujar Biden.
Pernyataan Biden itu meluncur di tengah operasi perluasan serangan Israel ke Rafah, wilayah selatan Gaza yang menjadi dataran pengungsian bagi sekitar 1,4 juta penduduk Palestina.
Biden juga menyampaikan kekhawatirannya atas kondisi sangat memprihatinkan yang dialami penduduk Gaza lantaran terhalanganya akses terhadap air, makanan, dan berbagai kebutuhan mendasar lainnya.
“Ini sangat memilukan. Kita berdoa untuk semua nyawa yang berjatuhan, baik dari pihak Israel dan Palestina, dan juga untuk para keluarga yang ditinggalkan,” ucap Biden.
Pada kesempatan itu Biden juga menyampaikan bahwa Amerika Serikat saat ini sedang mengupayakan tercapainya kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dengan Hamas.
Menurut Biden, jika hal itu tercapai, jeda perang dapat terjadi di Gaza setidaknya selama enam pekan, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengupayakan sesuatu yang lebih permanen.
Namun, gempuran jet-jet tempur Israel ke Rafah pada Senin dini hari membuat upaya mencapai kesepakatan tersebut terancam.
Kantor berita Reuters melaporkan Biden dikabarkan telah mengontak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu kemarin.
Ia mewanti-wanti akan bahaya serangan tersebut yang akan mengakibatkan lebih banyak korban jiwa berjatuhan dari kalangan pengungsi dan penduduk Palestina di Rafah.
“Mereka harus dilindungi. Kami sangat tegas dari sejak awal bahwa kami menentang segala upaya pemindahan penduduk Palestina di Gaza,” ujar Biden.
Pada Oktober lalu, Biden meragukan angka korban sipil yang tewas oleh Israel seperti disampaikan Kementerian Kesehatan di Gaza.
“Saya tidak menganggap orang-orang Palestina mengatakan kebenaran tentang berapa banyak orang yang terbunuh. Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh, dan ini adalah harga dari perang yang terjadi,” katanya, dikutip kantor berita AFP, Kamis (26/10).
“Tetapi saya tidak yakin dengan angka yang digunakan oleh orang-orang Palestina,” imbuh Biden dalam konferensi pers.
Seruan Raja Abdullah II
Pemimpin Yordania Raja Abdullah II mengungkapkan kekhawatirannya terhadap serangan ke Rafah yang menurutnya pasti akan memunculkan bencana kemanusiaan baru.
“Situasinya sudah sangat tak terbendung. Karena lebih dari sejuta orang diarahkan menuju Rafah sejak pecah perang. Saat ini kita membutuhkan gencatan senjata permanen. Perang ini harus diakhiri,” ungkapnya.
Sebagai pemimpin negara yang wilayahnya berbatasan dengan Palestina, ia berharap semua bantuan kemanusiaan untuk Gaza tidak ditahan atau diblokade Israel.
Senin kemarin, sejumlah orang Israel melakukan protes di perbatasan Karim Abu Salim dan menghalangi masuknya truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Penghalangan semacam ini tidak berlangsung hanya pada Senin kemarin, namun telah berlangsung selama sebulan terakhir.
Perbatasan Karim Abu Salim sering digunakan kendaraan pengangkut bantuan kemanusiaan menuju Gaza, yang aksesnya mesti melalui Mesir atau Israel.
“Kita harus segera memastikan keberlanjutan pengiriman bantuan yang memadai ke Gaza dapat masuk melalui semua akses yang tersedia dan menggunakan semua mekanisme,” ujar Abdullah II.