Presiden Amerika Serikat Joe Biden peringatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu konsekuensi perluasan agresi ke wilayah Rafah, wilayah selatan Gaza, yang menjadi dataran pengungsian bagi 1,4 juta penduduk Palestina.
Biden mengatakan serangan tersebut akan mengganggu kesepakatan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang dalam beberapa pekan terakhir diupayakan Qatar, Mesir, Amerika, dan Israel di Paris.
Hal itu disampaikan Biden saat mengadakan pembicaraan selama sekitar 45 menit dengan Netanyahu pada Ahad (11/2), melansir Reuters.
Menurut pejabat senior Gedung Putih, pembicaraan tersebut sebagian besar terfokus pada proses kesepakatan yang sedang diupayakan keempat perwakilan di Paris.
Ia juga menambahkan bahwa proses kesepakatan tersebut mengalami progres signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Oleh karena itu, Biden menekankan pentingnya memanfaatkan momentum tersebut untuk merealisasikan kesepakatan yang tengah diupayakan.
Serangan ke Rafah
Pada Senin dini hari, jet-jet tempur Israel memulai gempurannya ke 14 rumah dan tiga masjid di Rafah.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, sebanyak 100 orang terbunuh akibat hantaman rudal-rudal Israel ke wilayah yang dipadati sekitar 1,4 juta pengungsi tersebut.
Berdasarkan laporan kantor berita WAFA, sebagian besar korban jiwa merupakan anak-anak dan perempuan, sementara ratusan warga mengalami luka-luka akibat serangan.
Gempuran Israel yang dilancarkan pada dini hari menjelang Shubuh tersebut menargetkan sejumlah rumah dan masjid yang menampung para pengungsi. Sebanyak 40 serangan dan tembakan artileri dari laut ditujukan ke Rafah.
Direktur Rumah Sakit (RS) Kuwait di Rafah, Suhaib Al-Hams mengaku pihaknya kewalahan menangani pasien yang terluka parah, ditambah lagi dengan keadaan kurangnya obat-obatan dan pasokan medis.
Tempat ibadah, yang terpaksa menjadi penampungan bagi pengungsi dari Gaza juga tidak luput dari serangan.
Masjid tersebut adalah Masjid Ar-Rahmah di Syabura dan Masjid Al-Huda di kamp pengungsian Yibna.
Dua masjid itu menampung ratusan keluarga pengungsi. Selain menyasar masjid, jet tempur Israel juga menyasar lebih dari 14 rumah berpenghuni.
Sejumlah lembaga internasional memperkirakan wilayah Rafah dipadati sekitar 1,2 hingga 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi, setelah sebelumnya tentara Israel memaksa ratusan ribu warga Gaza melarikan diri ke selatan.
Sejak awal operasi darat yang dilancarkan tentara Zionis ke Gaza pada 27 Oktober 2023 lalu, Israel meminta penduduk Gaza untuk pergi dari wilayah utara dan pusat menuju ke selatan.
Tentara Israel menjamin wilayah selatan akan menjadi lokasi yang aman dari agresi.
Walakin, serangan tetap dilakukan Israel meski mendapat kecaman pihak internasional.
Gempuran ke Rafah pada dini hari ini merupakan tindak lanjut dari sidang kabinet Israel yang berlangsung pada Ahad kemarin.