Sebanyak 12 orang pengunjuk rasa ditangkap dalam aksi protes anti-pemerintah dan mendukung kesepakatan pembebasan sandera di Yerusalem pada Senin (31 Maret 2025). Aksi protes ini diwarnai dengan bentrokan antara demonstran dan polisi, yang melibatkan sekitar 2.000 peserta, termasuk seorang anggota parlemen.
Di antara yang ditangkap adalah sepupu dari sandera yang dibebaskan, Arbel Yehoud. Selain itu, anggota Knesset (parlemen Israel) Naama Lazimi juga terlibat dalam bentrokan dengan polisi.
Protes ini digelar pada Senin, 31 Maret 2025, setelah pertemuan antara PM Benjamin Netanyahu dengan polisi terkait skandal yang melibatkan hubungan para pembantunya dengan Qatar.
Aksi protes ini berlangsung di beberapa titik di Yerusalem, termasuk di Jalan Begin, Agranat Square, dan dekat Knesset (parlemen Israel).
Protes tersebut digelar sebagai bentuk penolakan terhadap rencana pemerintah Israel yang tengah mengesahkan legislasi untuk merombak sistem peradilan negara dan upaya untuk memecat Jaksa Agung Gali Baharav-Miara serta Kepala Shin Bet, Ronen Bar. Selain itu, protes ini juga terkait dengan ekspansi perang di Gaza, di mana 59 sandera masih ditahan.
Selama aksi, beberapa pengunjuk rasa melakukan blokade jalan dan membawa spanduk bertuliskan “Bagaimana dengan para sandera?”
Sementara itu, Naama Lazimi menyampaikan seruan untuk melawan kekerasan dan pemerintah yang dianggapnya korup. Sementara itu, beberapa pengunjuk rasa juga melaporkan adanya tindak kekerasan oleh polisi terhadap demonstran.
Selain itu, Departemen Investigasi Polisi Internal (DIPI) Israel mengonfirmasi tengah menyelidiki seorang polisi yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pengunjuk rasa perempuan dalam aksi