Pemerintah Israel pada Ahad (8/6/2025) menginstruksikan militer untuk mencegah kapal bantuan yang hendak menuju Gaza. Kapal tersebut membawa 12 aktivis, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg.
“Saya telah memerintahkan militer untuk mencegah armada Madleen mencapai Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dalam pernyataan resmi. Ia juga menuding para aktivis sebagai “corong propaganda Hamas” dan menyebut Thunberg sebagai “antisemit”.
Kapal tersebut bertolak dari Sisilia, Italia, pada 1 Juni lalu dengan membawa bantuan kemanusiaan yang terdiri dari susu formula bayi, tepung, beras, popok, pembalut wanita, perlengkapan desalinasi air, obat-obatan, kruk, dan prostetik anak-anak.
Anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Rima Hassan, yang turut serta dalam pelayaran itu, menyatakan bahwa mereka akan terus melanjutkan misi kemanusiaan hingga detik terakhir. “Kami adalah warga sipil, tidak bersenjata. Hanya membawa bantuan kemanusiaan,” ujarnya kepada kantor berita AFP.
Greta Thunberg, berbicara kepada Middle East Eye dari atas kapal pada Selasa lalu mengatakan bahwa para pemerintah telah gagal dalam menanggapi krisis kemanusiaan di Gaza. “Kini, giliran kita untuk bertindak sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab,” kata Thunberg.
“Kita tidak bisa hanya diam menyaksikan ini terjadi. Kita sedang melihat sebuah genosida berlangsung, setelah puluhan tahun penindasan sistematis, pembersihan etnis, dan pendudukan,” lanjutnya.
Israel telah memberlakukan blokade total terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza selama 11 pekan berturut-turut, sebelum akhirnya melonggarkan sebagian larangan pada 19 Mei lalu. Namun, pengiriman terbatas melalui PBB dan skema bantuan yang didukung AS itu mendapat banyak kritik karena dinilai tidak efektif.
Sebelumnya, pada Mei lalu, kapal lain yang juga diorganisasi oleh Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition/FFC), yakni kapal Conscience, gagal melanjutkan perjalanan setelah dihantam dua drone di dekat perairan Malta.
Sejak insiden mematikan pada 2010 terhadap kapal Mavi Marmara, yang mengakibatkan 10 aktivis tewas dalam aksi penyergapan oleh pasukan Israel, otoritas Israel secara rutin menghentikan kapal-kapal yang berusaha menembus blokade laut terhadap Gaza.
Israel telah memberlakukan blokade darat, laut, dan udara terhadap Jalur Gaza selama 18 tahun terakhir, dengan dalih untuk mencegah penyelundupan senjata kepada kelompok Hamas. Namun, blokade ini dikritik luas oleh komunitas internasional karena memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, Katz menegaskan bahwa Israel tidak akan membiarkan siapa pun menembus blokade tersebut. “Israel akan bertindak terhadap setiap upaya untuk menerobos blokade atau membantu organisasi teroris, melalui laut, udara, atau darat,” ujarnya.
Armada Madleen menjadi misi terbaru dari serangkaian upaya sipil internasional yang bertujuan menyalurkan bantuan langsung ke Gaza dan menantang kebijakan pengepungan Israel. Para aktivis menegaskan bahwa misi mereka murni kemanusiaan dan tidak memiliki afiliasi dengan kelompok bersenjata mana pun.
Pemerintah Israel hingga kini belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai tindakan apa yang akan diambil terhadap kapal tersebut jika tetap berusaha mendekati perairan Gaza.