Dua orang dilaporkan tewas pada Kamis setelah sebuah pesawat nirawak (drone) Israel menyerang sebuah minibus di wilayah Lebanon timur. Kementerian Kesehatan Lebanon menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran terbaru terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah berlaku sejak tahun lalu, sebagaimana dilaporkan Anadolu.
Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA), serangan drone itu menghantam kendaraan di Jalan Hosh al-Sayyed Ali, Distrik Hermel.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, melalui media sosial X, menyatakan bahwa serangan di wilayah al-Nasiriyah, Lebanon timur, menargetkan Hussein Mahmoud Mershed Al-Jawhari, yang disebutnya sebagai “tokoh penting” dalam Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran.
Militer Israel juga mengklaim telah menyerang seorang anggota Hizbullah di kawasan Al-Jumayjimah, Lebanon selatan.
Sementara itu, NNA melaporkan bahwa drone Israel juga menargetkan sebuah kendaraan di Kota Safad El-Battikh, Distrik Bint Jbeil, yang mengakibatkan satu orang terluka.
Sejumlah pesawat tempur Israel dilaporkan terbang di ketinggian rendah hingga sedang di atas Kota Baalbek, Lebanon timur, serta wilayah sekitarnya, sebelum kembali ke arah tenggara. Aktivitas drone juga terpantau di wilayah pinggiran selatan Beirut dan daerah sekitarnya.
Serangan pada Kamis tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah seorang warga terluka akibat serangan drone Israel yang menargetkan sebuah mobil di Kota Jannata, Distrik Tyre, Lebanon selatan, pada Rabu malam.
Israel dan Lebanon mencapai kesepakatan gencatan senjata pada November 2024, setelah lebih dari setahun bentrokan lintas batas yang berlangsung di tengah perang di Gaza. Konflik tersebut menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai sekitar 17.000 lainnya.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, pasukan Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada Januari. Namun, penarikan itu baru dilakukan sebagian, dengan Israel masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.


