Momen terakhir Dr. Hussam Abu Safiya sebelum ditangkap oleh pasukan Israel dalam operasi kekerasan di Rumah Sakit Kamal Adwan, Gaza utara, menjadi viral di media sosial, lansir The New Arab.
Direktur rumah sakit yang selama ini sering memperingatkan situasi buruk di rumah sakit dan Gaza utara itu terlihat mengenakan jas medis saat berjalan menuju tank Israel. Ini menunjukkan bahwa ia tetap bekerja dan mendukung staf medis meski serangan Israel terus berlangsung.
Dr. Abu Safiya dianggap “berani” meski harus menyerah kepada tentara Israel. Dalam gambar tersebut, ia juga tampak berdiri di antara reruntuhan, menandakan seberapa besar kerusakan akibat serangan Israel di kawasan tersebut.
Pada Sabtu, Dr. Abu Safiya ditangkap setelah serangan besar-besaran terhadap rumah sakit yang dimulai sejak Jumat. Dalam serangan tersebut, beberapa bagian rumah sakit terbakar, merusak peralatan medis, dan membahayakan nyawa pasien serta staf.
Menurut kementerian kesehatan Gaza, Dr. Abu Safiya mengatakan ia dipukuli oleh tentara setelah penangkapannya.
Anggota Parlemen Independen Inggris, Jeremy Corbyn, mengomentari foto tersebut dengan mengatakan, “Dalam satu gambar, kita melihat kekuatan kemanusiaan Palestina dan kelemahan moral dari semua pihak yang terlibat dalam genosida,” sambil menyerukan agar Inggris menghentikan penjualan senjata ke Israel.
Beberapa aktivis mendesak pembebasan Dr. Abu Safiya. Kelompok Irish Healthcare Workers for Palestine juga menyuarakan kekhawatiran tentang keselamatan dan nasibnya.
Mereka menyatakan bahwa kejadian ini “sangat mirip” dengan yang terjadi pada Dr. Adnan al-Bursh, seorang ahli bedah ternama di Rumah Sakit Al-Shifa Gaza, yang disiksa hingga tewas setelah ditahan pada April tahun ini.
Penangkapan Dr. Abu Safiya telah dikonfirmasi oleh kementerian kesehatan Gaza dan lembaga pertahanan sipil Gaza, yang juga menyatakan bahwa direktur untuk wilayah utara, Ahmed Hassan al-Kahlout, turut ditangkap.
“Kekuatan pendudukan telah membawa puluhan staf medis dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke pusat penahanan untuk diinterogasi, termasuk direktur, Hussam Abu Safiya,” kata kementerian kesehatan dalam pernyataannya.
Beberapa hari sebelum serangan di Kamal Adwan, Dr. Abu Safiya telah memberikan peringatan mengenai kondisi rumah sakit tersebut.
Pada Senin, ia mengungkapkan bahwa Israel menargetkan rumah sakit “dengan niat untuk membunuh dan memaksa pengungsian orang-orang di dalamnya.”
Pada Kamis, ia melaporkan bahwa lima anggota staf rumah sakit tewas dalam serangan Israel dekat fasilitas tersebut.
Militer Israel mengklaim bahwa Dr. Abu Safiya ditangkap karena diduga menjadi anggota Hamas dan bahwa rumah sakit serta sekitarnya digunakan sebagai “pusat komando” Hamas. Klaim ini dibantah oleh kelompok Palestina tersebut.
Israel sering mengklaim bahwa rumah sakit dan fasilitas medis di Gaza adalah “pusat komando” bagi pejuang Palestina, meskipun tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.
Pada Sabtu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Rumah Sakit Kamal Adwan “sekarang kosong” dan tidak beroperasi lagi. WHO menyebutkan bahwa beberapa departemen utama rumah sakit terbakar dan hancur akibat serangan tersebut.
Kamal Adwan adalah rumah sakit terakhir dari tiga fasilitas medis di Gaza utara yang masih beroperasi.
Operasi ini terjadi di tengah lanjutan operasi militer Israel di Gaza utara yang dikenal dengan nama “Rencana Jenderal,” yang bertujuan mengusir penduduk Palestina dalam kampanye pembersihan etnis.
Operasi yang berlangsung sejak Oktober ini telah menyebabkan sedikitnya 3.700 warga Palestina tewas, serta mengungsi dan melukai ribuan lainnya.
Perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu telah menewaskan sedikitnya 45.514 warga Palestina dalam apa yang disebut sebagai genosida.