Tiga negara besar Eropa—Jerman, Prancis, dan Inggris—dijadwalkan menggelar pembicaraan nuklir dengan Iran pada Jumat ini di Jenewa, Swiss.
Menurut sumber diplomatik Jerman kepada Reuters, pertemuan itu akan menghadirkan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, serta difasilitasi oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas.
Sumber tersebut menyatakan bahwa para menteri luar negeri dari ketiga negara Eropa akan lebih dahulu bertemu dengan Kallas di Konsulat Jerman di Jenewa, sebelum melanjutkan dengan pertemuan bersama delegasi Iran.
Langkah diplomatik ini diambil di tengah kekhawatiran meningkatnya konflik bersenjata di kawasan Timur Tengah.
Hal itu menyusul serangan militer berskala besar yang dilancarkan Israel terhadap wilayah Iran sejak pekan lalu.
Sebagai balasan, Teheran menggempur sejumlah sasaran di Israel dengan rentetan rudal.
Menurut sumber diplomatik itu, pembicaraan antara pihak Eropa dan Iran ini dilakukan dengan koordinasi bersama Amerika Serikat (AS).
Tujuannya adalah untuk meyakinkan Iran agar memberikan jaminan tegas bahwa program nuklirnya hanya ditujukan untuk keperluan sipil.
Setelah pertemuan tingkat menteri, direncanakan akan berlangsung dialog lanjutan di tingkat para ahli sebagai bagian dari upaya diplomasi berkelanjutan.
Sementara itu, Israel terus menyuarakan kekhawatiran bahwa Iran tengah berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang selalu dibantah oleh pihak Teheran.
Iran menegaskan bahwa seluruh aktivitas nuklirnya semata-mata untuk kepentingan damai dan sipil.
Di sisi lain, Kanselir Jerman Friedrich Merz memicu ketegangan diplomatik dengan pernyataannya pekan ini yang mendukung serangan Israel.
Ia menyatakan bahwa Iran harus menghentikan eskalasi atau bersiap menghadapi “ancaman kehancuran yang lebih besar”, sebuah komentar yang memancing kemarahan keras dari pemerintah Iran.
Namun, nada berbeda disuarakan oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul.
Dalam pernyataannya pada Rabu (18/6), Wadephul menyerukan kepada para pemimpin Iran agar membuka ruang bagi penyelesaian damai dengan memberikan jaminan terhadap program nuklir mereka.
“Belum terlambat untuk duduk kembali di meja perundingan,” ujarnya.