Friday, October 24, 2025
HomeBeritaGideon Levy: Israel banggakan kekejaman dan penyiksaan terhadap warga Palestina

Gideon Levy: Israel banggakan kekejaman dan penyiksaan terhadap warga Palestina

Dalam kolom tajam yang terbit di Haaretz, jurnalis dan kolumnis sayap kiri Gideon Levy kembali mengguncang opini publik Israel.

Ia menulis bahwa kembalinya para tawanan Israel dari Gaza telah menyingkap satu kebenaran yang sebenarnya sudah lama diketahui semua orang.

Yaitu, perlakuan buruk Israel terhadap para tahanan Palestina selama bertahun-tahun kini berbalik arah.

“Kita kini melihat, bahwa kejahatan memiliki harga,” tulis Levy.

Mengutip laporan wartawan Yedioth Ahronoth Nadav Eyal yang terbit Rabu (23/10), Levy menyoroti peringatan yang sudah lama disampaikan oleh badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet.

Sejak akhir 2024, badan itu telah memperingatkan bahwa hasutan dan pernyataan ekstrem Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang didukung media, memperburuk kondisi para tahanan.

Namun, kata Levy, tidak ada seorang pun di pemerintahan yang peduli.

Levy menulis bahwa kesaksian dan bukti-bukti baru yang terungkap memperlihatkan kebiadaban yang nyaris tak terbayangkan.

The Guardian baru-baru ini melaporkan temuan 135 jenazah tahanan Palestina yang dikembalikan ke Gaza dalam kondisi mengenaskan.

Tubuh mereka dimutilasi, beberapa dengan tangan terikat, menunjukkan tanda-tanda mati lemas atau dihancurkan oleh kendaraan lapis baja.

Semua jenazah itu diketahui pernah ditahan di penjara Sde Teyman, salah satu fasilitas militer di gurun Negev.

Menurut Levy, para tahanan yang baru dibebaskan—termasuk para tenaga medis—tiba di Gaza dalam kondisi lemah dan sangat kurus.

Ia menyinggung kesaksian dr. Ahmad Mahna, Direktur Rumah Sakit Al-Awda di kamp Jabaliya, yang ditangkap pada Desember 2023 dan dibebaskan baru-baru ini dalam masa gencatan senjata.

Dr. Mahna menceritakan bahwa selama penahanan, ia dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, termasuk ke lokasi yang ia sebut “kandang anjing,” tempat para tentara memperlakukan tahanan dengan kekejaman dan menggunakan anjing-anjing untuk menakuti mereka.

“Ironisnya, Israel justru sempat berbangga dengan bagaimana mereka memperlakukan para tahanan ini,” tulis Levy.

Pemerintah, katanya, kini tampak menikmati reputasi barunya sebagai rezim yang mempraktikkan sadisme dan penyiksaan terbuka terhadap warga Palestina.

“Karena, mereka tahu itulah yang diinginkan mayoritas rakyat,” sindirnya.

Levy menilai bahwa sebagian besar masyarakat Israel telah terserap dalam suasana dendam dan mendukung penyiksaan.

Hanya segelintir lembaga—seperti Doctors Without Borders, B’Tselem, dan Komite Menentang Penyiksaan—yang berani berbicara menentang.

Sebagai perbandingan, Levy menyinggung nasib Adolf Eichmann, arsitek deportasi massal Yahudi ke kamp kematian Nazi yang ditangkap dan diadili di Israel pada 1961.

“Eichmann tidak dipukuli, ia tidak disiksa—ia diadili dan kemudian digantung setelah keputusan pengadilan,” tulisnya.

Kini, kata Levy, suasana publik Israel dipenuhi seruan untuk mengeksekusi para anggota pasukan elite Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023.

“Setiap orang yang melintasi pagar dianggap elite,” tulisnya.

Ia juga menyebut bahwa bahkan jurnalis Ben Caspit ikut menyerukan eksekusi mereka.

Menurut Levy, lembaga-lembaga negara seperti Shin Bet, Dinas Penjara Israel, dan tentara telah mulai menjalankan kebijakan itu secara diam-diam.

Fokus masyarakat pun, katanya, hanya tertuju pada penderitaan tawanan Israel, sementara nasib ribuan tahanan Palestina diabaikan sepenuhnya.

“Semua yang terjadi di luar itu bisa dimaafkan,” tulis Levy dengan getir.

Ia menutup artikelnya dengan kalimat tajam.

“Bangsa ini kini merayakan kekejamannya sendiri. Kami menginginkan sadisme—dan kami benar-benar mendapatkannya,” pungkasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler