Armada solidaritas internasional yang menamakan diri Freedom Flotilla atau Armada Solidaritas kian mendekati Jalur Gaza.
Dalam pernyataan pada Senin (29/9/2025), panitia pelayaran menyebut armada itu hanya berjarak sekitar 366 mil laut atau 589 kilometer dari Gaza, dengan perkiraan tiba dalam tiga hingga empat hari.
Dalam dua hari mendatang, armada ini akan memasuki kawasan yang oleh para aktivis disebut “zona berisiko tinggi”.
Armada yang awalnya berjumlah puluhan kapal kini bertambah menjadi 44 unit setelah dua perahu baru bergabung dalam perjalanan.
Di laman resmi mereka, perwakilan armada dari kawasan Magrib menegaskan bahwa perjalanan akan tetap dilanjutkan meski sejumlah kapal sempat mengalami gangguan teknis di tengah Laut Tengah.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera yang ikut dalam pelayaran, 3 kapal harus berhenti sementara akibat kerusakan, namun perbaikan darurat segera dilakukan agar perjalanan dapat diteruskan.
Media Israel melaporkan bahwa pemerintah di Tel Aviv bersiap menghadang armada ini.
Kanal resmi Kan menyebut Angkatan Bersenjata Israel sudah menyiapkan pasukan komando khusus untuk mencegat kapal-kapal tersebut.
Sementara itu, laman berita Walla menuliskan bahwa Kementerian Kesehatan Israel telah meminta sejumlah rumah sakit meningkatkan status siaga.
Langkah ini diambil untuk mengantisipasi kemungkinan jatuhnya korban akibat operasi militer.
Persiapan ini bertepatan dengan Hari Raya Yom Kippur (Hari Pendamaian) yang membuat layanan rumah sakit beroperasi terbatas.
Langkah Israel kali ini diperkirakan akan mengulang skenario serupa terhadap kapal Madeleine dan Handhala yang disergap pasukan laut Israel pada Juni dan Juli lalu.
Kedua kapal itu saat itu dituduh mencoba menembus blokade dan akhirnya ditarik paksa ke pelabuhan Israel.
Armada solidaritas berlayar membawa muatan bantuan kemanusiaan, khususnya obat-obatan dan perlengkapan medis.
Di atas kapal terdapat lebih dari 500 relawan sipil yang berasal dari 40 negara lintas benua.
Menurut pantauan Al Jazeera, di sekitar armada itu sempat terlihat dua kapal perang, masing-masing berbendera Italia dan Spanyol, serta satu kapal milik Bulan Sabit Merah Turki.
Ini merupakan pertama kalinya puluhan kapal berlayar bersama menuju Gaza dalam jumlah besar.
Perjalanan ini digelar di tengah situasi krisis yang belum mereda sejak Oktober 2023, ketika serangan Israel ke Gaza memicu kehancuran besar-besaran.
Sejak saat itu, lebih dari 66.000 orang dilaporkan tewas dan sekitar 168.000 lainnya terluka.
Infrastruktur di Gaza porak-poranda, sementara blokade yang diberlakukan Israel menimbulkan krisis kemanusiaan yang oleh lembaga internasional disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah modern.