Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, membantah klaim Israel yang menyatakan bahwa mantan kepala politiknya, Ismail Haniyeh, dibunuh dengan “bom presisi.”
Haniyeh dikabarkan tewas pada bulan Juli di Tehran saat menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Saluran TV Israel, Channel 12, menyebutkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan dengan “bom presisi” yang diletakkan di dalam kamar Haniyeh dan dikendalikan dari jarak jauh.
Namun, Hamas menyebut klaim Israel tersebut sebagai bagian dari “serangkaian kebohongan yang disiarkan oleh penjajah Israel.”
Hamas mengatakan bahwa hasil penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok tersebut bersama dengan badan keamanan Iran menunjukkan bahwa Haniyeh dibunuh dengan “rudal berpemandu seberat 7,5 kilogram bahan peledak, yang langsung mengenai ponselnya.”
Hamas menyebut klaim Israel tersebut sebagai “upaya putus asa untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan kompleks yang terjadi dengan melanggar kedaulatan Iran melalui peluncuran rudal yang menargetkan salah satu situs resmi di sana.”
Pada 23 Desember, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengakui bahwa Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.