Pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri, menegaskan bahwa senjata yang dimiliki kelompoknya adalah hal yang tidak bisa dipertukarkan. Ia mengatakan bahwa Hamas tidak akan menerima tawaran untuk menukar senjata mereka dengan bantuan rekonstruksi atau bantuan kemanusiaan.
“Senjata perlawanan adalah garis merah yang tidak bisa dinegosiasikan,” tegas Abu Zuhri, seraya menambahkan, “Kami tidak akan setuju jika senjata kami ditukar dengan rekonstruksi atau bantuan.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, menyatakan bahwa Israel menginginkan “pelucutan senjata total” di Gaza, pembebasan semua sandera, dan penghapusan Hamas sebagai syarat untuk melanjutkan kesepakatan gencatan senjata tahap kedua.
Tahap kedua dari perjanjian ini seharusnya mencakup pembebasan sandera, namun Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan membebaskan sandera lagi hingga tahap kedua dimulai sesuai kesepakatan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Israel bisa saja melanjutkan serangan ke Gaza setelah sandera dibebaskan, demi memenuhi tuntutan kelompok sayap kanan dalam pemerintahannya.