Kelompok Palestina, Hamas, pada Jumat mengatakan bahwa warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi risiko kematian akibat kelaparan di tengah perang genosida Israel yang terus berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023, menurut laporan Anadolu Agency.
“Lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza menghadapi risiko kematian akibat kelaparan dan kehausan karena penolakan pendudukan Israel terhadap pengiriman bantuan serta pembatasan akses ke obat-obatan, makanan, dan air,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza sedang mati kelaparan, dan keluarga-keluarga berada di ambang kelaparan akibat kekurangan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Menurut pernyataan sebelumnya oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), hanya 30 truk bantuan kemanusiaan yang dapat memasuki Gaza setiap hari, jumlah yang sangat jauh dari kebutuhan warga di sana.
Sebelum Oktober 2023, ratusan truk melewati perbatasan setiap hari untuk memberi makan lebih dari 2 juta orang di enclave tersebut.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023, berbagai kelompok internasional dan PBB telah mendesak Israel untuk mempermudah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza guna menghindari kelaparan.
Israel meluncurkan perang genosida di Jalur Gaza yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 44.300 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai hampir 105.000 orang.
Tahun kedua genosida di Gaza semakin menuai kecaman internasional, dengan pejabat dan lembaga-lembaga menyebut serangan dan pemblokiran bantuan kemanusiaan sebagai upaya sengaja untuk menghancurkan populasi Gaza.
Minggu lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait dengan perang mematikan di Gaza.
