Hasyim Qasem, Juru Bicara Hamas, mengatakan bahwa perlawanan terhadap pendudukan Israel akan terus berlanjut sampai rakyat Palestina mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan mereka.
“Tujuan sebenarnya pendudukan dalam perangnya terhadap Gaza adalah untuk memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza”, katanya dalam sebuah wawancara dalam program “Al-Masaiya” pada Selasa.
Qasem menegaskan penolakan terhadap pernyataan pejabat Amerika Serikat mengenai pemindahan warga Palestina di Gaza.
“Pernyataan AS bersifat rasis yang berasal dari abad pertengahan, dan mencerminkan tidak adanya standar moral dan kemanusiaan,” tegas Qassem.
Alih-alih meminta pertanggungjawaban pendudukan atas kejahatan genosida dan pengusiran, tambahnya, mereka malah diberi penghargaan, bukan hukuman.
Qasem menunjukkan bahwa tingkat kehancuran di Gaza sangat besar dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia menegaskan perlunya banyak rekonstruksi, ia mengisyaratkan bahwa mereka sedang menghadapi perang psikologis yang bertujuan mendorong warga Palestina untuk bermigrasi melalui pembicaraan tentang waktu rekonstruksi yang panjang.
“Proses rekonstruksi dapat dilakukan selama rakyat Gaza masih ada, bukan dipindahkan seperti yang diusulkan oleh sayap kanan Zionis,” katanya.
Dalam konteks ini, Hamas mengumumkan dimulainya negosiasi tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata. Ia menegaskan bahwa perhatian saat ini difokuskan pada penampungan, bantuan, dan rekonstruksi di Gaza pada hari ke-17 perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Pengumuman Hamas ini datang pada saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, di Washington untuk membahas nasib tahap kedua negosiasi, menurut Gedung Putih.
Sebelumnya, Perusahaan Penyiaran Israel melaporkan bahwa Tel Aviv sedang bersiap untuk mengirim delegasi negosiasi ke ibu kota Qatar, Doha, pada akhir minggu depan.