Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Minggu (10/11) menyerukan tindakan segera dari negara-negara Arab dan Islam untuk menghentikan genosida Israel di Jalur Gaza, demikian dilaporkan Anadolu Agency.
Seruan ini muncul tak lama setelah serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 36 warga sipil, termasuk 15 anak-anak, yang tinggal di sebuah rumah di Jabalia, Gaza Utara.
Dalam pernyataannya, Hamas menyebut serangan Israel sebagai “pembantaian, perang pemusnahan, kelaparan, dan pelanggaran luas terhadap semua nilai, hukum, dan norma.”
Mereka mendesak para pemimpin Arab dan Islam untuk segera mengambil sikap tegas dan bertanggung jawab untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut.
Hamas juga menuduh tentara Israel melakukan pembersihan etnis di Gaza Utara di tengah pengepungan ketat, kelaparan yang berkelanjutan, dan penghancuran semua kebutuhan hidup, termasuk rumah sakit.”
Selain itu, Hamas meminta kepada seluruh badan PBB untuk segera campur tangan “untuk menghentikan pembantaian mengerikan yang sedang terjadi terhadap ribuan keluarga di Gaza Utara dan meminta pertanggungjawaban para penjahat perang Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Serangan Israel di Gaza Utara telah berlangsung sejak 5 Oktober 2023, dengan klaim untuk mencegah Hamas berkumpul kembali di tengah pengepungan yang sangat ketat.
Namun, banyak warga Palestina menuduh Israel berusaha untuk menduduki wilayah tersebut dan memindahkan paksa para penduduk.
Sejak serangan dimulai, bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, tidak diperbolehkan masuk oleh tentara Israel.
Situas ini membuat sebagian besar penduduk Gaza Utara berada dalam ancaman kelaparan yang sangat besar.
Serangan Israel di Jalur Gaza sendiri terus berlanjut sejak 7 Oktober 2023 dan telah menewaskan lebih dari 43.600 orang serta membuat wilayah tersebut hampir tidak bisa dihuni lagi.
Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakannya di wilayah yang diblokade tersebut.