Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Rabu malam mengonfirmasi telah memberikan tanggapan resmi terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Israel.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan, Hamas menyebutkan, “Kepemimpinan Hamas telah menyampaikan tanggapan terhadap proposal gencatan senjata kepada mediator (Mesir dan Qatar).”
Pernyataan ini muncul setelah Hamas mengadakan pertemuan darurat dari biro politiknya untuk membahas proposal tersebut.
Hamas juga menegaskan komitmennya terhadap rakyat Gaza, dengan menyatakan, “Hamas bertindak dengan penuh tanggung jawab dan optimisme, karena kami merasa berkewajiban untuk melindungi rakyat Gaza yang telah menunjukkan keteguhan luar biasa, menghentikan agresi Zionis, mengakhiri pembantaian, dan menghentikan genosida yang terus berlanjut.”
Dalam kesempatan terpisah, Hamas mengungkapkan bahwa Ketua Dewan Syura Hamas, Mohammed Darwish, bertemu dengan delegasi Jihad Islam yang dipimpin oleh Ziyad al-Nakhalah di Doha untuk membahas “tahap akhir” dari pembicaraan gencatan senjata tersebut.
Kedua belah pihak sepakat untuk memperkuat upaya dalam putaran perundingan kali ini, guna memastikan tercapainya kesepakatan yang dapat menghentikan perang dan meringankan penderitaan rakyat Palestina.
Sebelumnya, sebuah sumber Palestina menyatakan kepada Anadolu bahwa Hamas memberikan respons “positif” terhadap draf kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan yang diajukan.
Sementara itu, Channel 12 Israel melaporkan bahwa implementasi kesepakatan tersebut dapat dimulai pada hari Minggu, dimulai dengan pembebasan tiga sandera Israel, diikuti dengan pembebasan lainnya sesuai jadwal yang disepakati.
Proses perundingan sempat terhambat akibat keberatan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sempat mengajukan syarat baru atau mundur dari kesepakatan sebelumnya.
Namun, kemajuan signifikan tercapai setelah Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, memberikan tekanan kepada Netanyahu dalam pertemuan yang dilaporkan berlangsung “tegang” pada hari Sabtu lalu, menurut The Times of Israel.
Hingga saat ini, Israel menahan lebih dari 11.000 tahanan Palestina, sementara sekitar 98 warga Israel dilaporkan ditahan di Gaza. Hamas menyatakan bahwa sejumlah sandera Israel telah tewas akibat serangan udara Israel yang tidak pandang bulu.
Perang yang dilancarkan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 46.700 orang, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Hal ini terjadi meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga tengah menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional terkait perang yang mereka lancarkan di Gaza.