Hamas mengatakan, pada Minggu (18/8), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengajukan syarat-syarat baru dalam proposal gencatan senjata. Demikian dilaporkan kantor berita Anadolu.
Menurut Hamas, hal itu menghambat upaya kesepakatan yang sudah dinegosiasikan di Qatar pada Kamis dan Jumat pekan lalu.
“Proposal baru ini memenuhi syarat-syarat Netanyahu dan sejalan dengan pandangannya, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, serta keinginannya untuk terus menduduki Persimpangan Netzarim (yang memisahkan bagian utara dan selatan Jalur Gaza), penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelphia (di selatan),” kata Hamas dalam pernyataan resminya.
Setelah putaran negosiasi terbaru di Doha, Hamas menegaskan “sekali lagi bahwa Netanyahu masih menempatkan rintangan dalam upaya mencapai kesepakatan, dengan menetapkan syarat dan tuntutan baru untuk merusak upaya para mediator dan memperpanjang perang.”
Baca juga: Keluarga sandera Israel desak kesepakatan minggu ini, ancam tingkatkan tekanan
Gerakan tersebut menekankan komitmennya terhadap apa yang telah disepakati pada 2 Juli, berdasarkan proposal yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Hamas meminta para mediator untuk menjalankan tanggung jawab mereka dan memaksa penjajah (Israel) untuk melaksanakan apa yang telah disepakati.
Pembicaraan gencatan senjata di Doha berakhir pada Jumat setelah menyajikan “proposal yang mempersempit perbedaan” antara Israel dan Hamas yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Biden pada 31 Mei lalu.
Biden sebelumnya menyatakan pada Mei bahwa Israel mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di daerah pantai tersebut. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran tawanan, dan rekonstruksi Gaza.
Israel telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina sejak serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang diculik sebagai sandera. Tindakan Israel telah memicu bencana kemanusiaan dan persidangan yang sedang berlangsung atas dugaan genosida di Pengadilan Internasional.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan dan gencatan senjata, namun belum berhasil. Gencatan senjata selama seminggu dan pertukaran sandera dengan tawanan Palestina berakhir pada 1 Desember.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha