Monday, November 18, 2024
HomeBeritaHamas usulkan gencatan senjata tiga tahap selama 135 hari 

Hamas usulkan gencatan senjata tiga tahap selama 135 hari 

Hamas Usulkan Gencatan Senjata
Warga Israel menuntut pertanggungjawaban pemerintah Israel atas penculikan kerabat mereka yang ditawan di Jalur Gaza oleh Hamas, berdemonstrasi di depan gedung Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Israel pada 15 November 2023. (Anadolu Agency)

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menanggapi tawaran pertukaran tawanan dengan Israel dengan usulan gencatan senjata tiga tahap. Ketiga tahap itu akan berlangsung selama 135 hari yang berujung pada gencatan senjata sepenuhnya.

Bocoran proposal tanggapan dari Hamas disaksikan oleh Al Jazeera dan situs berita Middle East Eye (MEE) pada Selasa, (7/2).

Menurut MEE, masing-masing fase gencatan senjata berlangsung selama 45 hari.

Pada fase pertama, semua sandera perempuan Israel, anak-anak berusia di bawah 19 tahun, orang lanjut usia, dan orang sakit akan dibebaskan dari Gaza. Dengan imbalan pembebasan semua tahanan perempuan, anak-anak, orang sakit, dan lanjut usia Palestina yang berusia di atas 50 tahun dari penjara-penjara Israel.

Hamas juga meminta Israel membebaskan 1.500 tahanan Palestian, termasuk 500 orang Palestina yang divonis hukuman seumur hidup.

Pertukaran sandera laki-laki Israel termasuk tentara akan dilakukan pada tahap kedua, dan jumlah tahanan Palestina ditentukan kemudian.

Pada tahap pertama, Hamas meminta Israel menarik semua pasukannya dari seluruh pemukiman di Gaza, membiarkan pergerakan warga Palestina ke seluruh Jalur Gaza termasuk ke wilayah utara Gaza. 

Hamas juga meminta PBB dibiarkan mendirikan tenda-tenda pengungsian.

Di fase ini, Israel juga diharuskan menghentikan kegiatan udara di Gaza, termasuk kegiatan pengintaian.

Sedangkan pada fase kedua, sisa sandera laki-laki akan dibebaskan. Sedangkan jenazah sandera yang tewas selama serangan Israel akan dilakukan pada fase ketiga.

Pada akhir fase ketiga, Hamas berharap kedua pihak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Hamas juga menuntut peningkatan aliran pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Di mana dua juta warga mengalami kelaparan dan krisis bahan pokok akibat blokade oleh Israel.

Dalam lampiran rancangan itu, Hamas juga menuntut diakhirinya kekerasan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa, dan menuntut pengembalian status keamanan masjid seperti sebelum tahun 2002.

Permintaan lainnya menyerukan “dimulainya kembali semua layanan kemanusiaan yang ditawarkan kepada masyarakat, di seluruh Jalur Gaza, oleh PBB dan badan-badannya, khususnya UNRWA.”

UNRWA badan vital bagi rakyat Palestina dan sekitar enam juta pengungsi yang tinggal di dalam dan di luar wilayah pendudukan.

UNRWA menyediakan bantuan langsung kepada warga Palestina, seperti sekolah, layanan kesehatan dasar, dan layanan sosial lainnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat Israel berulang kali mendiskreditkan organisasi tersebut. Israel menuduh ada 12 dari lebih dari 13.000 staf UNRWA di Gaza terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke sejumlah wilayah di selatan Israel.

Negara-negara sekutu Israel seperti AS, Inggris, Jerman dan Jepang menarik dukungan keuangan mereka untuk UNRWA pekan lalu. 

Dari enam halaman dokumen tuduhan Israel kepada UNRWA yang diperloleh MEE, Israel gagal membuktikan 12 staf UNRWA adalah anggota Hamas dan terlibat pada serangan 7 Oktober.

Proposal Hamas yang bocor pada Selasa adalah tanggapan dari tawaran kesepatakan yang diajukan oleh Qatar dan Mesir yang menjadi mediator kepada Amerika dan Israel.

Berbicara kepada pers di Doha, Qatar pada Selasa (7/2), Perdana Menteri Qatar Sheikh Muhammad bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan, respon Hamas terhadap tawaran gencatan senjata “secara umum positif,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

 

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular