Pejabat Israel mengatakan peluang kesepakatan negosiasi gencata senjata sangat kecil. Hal itu dilaporkan badan penyiaran publik Israel KAN, menyusul kembalinya tim negosiasi Israel dari Mesir kemarin, (25/8).
Mengutip kantor berita Anadolu, otoritas Israel mengatakan “kemungkinan kemajuan dalam pembicaraan hari ini (Minggu) sangat kecil,” mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya.
Pejabat itu menambahkan, mandat delegasi tidak memungkinkan tercapainya kesepakatan terkait Koridor Philadelphi” di kota perbatasan Rafah dengan Mesir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk mempertahankan kendali militer di wilayah yang membentang 14 kilometer memisahkan Gaza dan Mesir itu.
Sebelumnya, delegasi Israel berangkat ke Kairo untuk membahas kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas dan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Baca juga: Negosiasi di Kairo hari ini dihadiri Hamas dan Israel
Situs berita Israel, Walla, melaporkan bahwa David Barnea, kepala Mossad, turut serta dalam pertemuan empat pihak yang mencakup kepala CIA William Burns, kepala intelijen Mesir Abbas Kamel, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Netanyahu pada hari Sabtu berjanji kepada Presiden AS Joe Biden bahwa tentara Israel akan mundur satu kilometer dari Koridor Philadelphi sepanjang 14 km yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, sambil meninggalkan sejumlah kecil situs militer di daerah tersebut.
Janji ini muncul sebagai bagian dari diskusi yang sedang berlangsung antara Israel dan AS terkait ofensif militer di Jalur Gaza dan implikasi yang lebih luas bagi keamanan regional, menurut laporan Channel 12 Israel.
Baca juga: Setahun lagi Israel akan runtuh, jika perang terus berlanjut
Penyiar tersebut mengklaim bahwa Mesir telah setuju untuk menyediakan peta terbaru kepada Hamas terkait posisi tentara Israel di Koridor Philadelphi, meskipun Kairo belum memberikan pernyataan resmi mengenai hal ini.
Koridor tersebut, yang merupakan zona penyangga demiliterisasi di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, tetap menjadi salah satu titik masalah utama dalam negosiasi antara Israel dan Hamas.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.400 kematian warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 93.400 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserbu pada 6 Mei.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha